MALANG (SurabayaPost.id) – Bank Indonesia Malang optimistis perekonomian bakal terus membaik. Alasannya, menurut Kepala BI Malang, Azka Subhan A, pelaksanaan program vaksinasi Covid-19 secara nasional maupun regional, menjadikan Ramadhan tahun ini terasa berbeda jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Peningkatan mobilitas masyarakat seiring dengan selesainya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menjadikan masyarakat lebih leluasa untuk melakukan aktivitas ekonomi. Sehingga mampu mempengaruhi permintaan dari sisi konsumsi,” kata Azka Subhan A jelang buka bersama, Jumat (16/4/2021).
Kala itu Azka Subhan A didampingi Doddi Sartono, Deputi Kepala Perwakilan BI Malang, Cicilia Melly A.H, Deputi Kepala Perwakilan BI Malang dan Indra Gunawan Kepala Unit Pengelolaan Uang Rupiah Kantor Perwakilan BI Malang.
Dia menjelaskan bahwa hasil Survei Konsumen Bank Indonesia pada Maret 2021 mengindikasikan bahwa keyakinan konsumen mulai meningkat. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mengalami peningkatan.
IKK pada bulan Maret, kata dia, tercatat sebesar 96,08 atau lebih tinggi. Hal itu jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang hanya sebesar 80,1.
Kondisi ini juga diikuti oleh perbaikan kinerja penjualan eceran yang diperkirakan masih berlanjut. Hasil pelaksanaan Survei Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia Malang menunjukan bahwa perkiraan penjualan pada bulan Maret 2021 tumbuh sebesar 18,53% (mtm).
Kondisi tersebut, kata dia, meningkat jika dibandingkan dengan realisasi penjualan pada bulan Februari 2021 sebesar 3,32% (mtm).
Dijelaskan dia bahwa share omzet penjualan eceran didominasi oleh kelompok kendaraan sebesar 53,68%. Lalu, diikuti oleh kelompok bahan bakar kendaraan bermotor sebesar 16,01%, serta suku cadang dan asesoris sebesar 11,82%.
Hal itu tutur dia mencerminkan efektivitas dari dampak relaksasi kebijakan Bank Indonesia di sisi makroprudensial berupa pelonggaran ketentuan Uang Muka Kredit/Pembiayaan Kendaraan Bermotor (KKB/PKB) menjadi paling sedikiit 0% untuk semua jenis kendaraan bermotor baru yang berlaku efektif 1 Maret 2021 sampai dengan 31 Desember 2021.
Kedepan, lanjut dia, kegiatan dunia usaha juga diprakirakan mengalami peningkatan. Responden dari Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Malang memprakirakan adanya optimisme kegiatan usaha pada triwulan II tahun 2021 yang akan tumbuh positif.
Menurut Azka, hal itu tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) prakiraan kegiatan usaha sebesar 11,53% lebih tinggi daripada realisasi SBT triwulan I Tahun 2021 sebesar -29,08%. Industri pengolahan diperkirakan masih mencatatkan kinerja usaha positif sebagaimana terindikasi dari SBT prakiraan sebesar 6,10% terutama didorong oleh permintaan yang mulai membaik.
Disisi lain, kata Azka, berdasarkan rilis inflasi BPS pada tanggal 1 April 2021 Kota Malang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,08% (mtm) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 104,16 atau secara tahun kalender tercatat sebesar 0,12% (ytd). Sehingga inflasi tahunannya tercatat sebesar 1,26% (yoy).
“Inflasi yang dialami Kota Malang kali ini juga mengindikasikan adanya optimisme pertumbuhan ekonomi di akhir triwulan I 2021 setelah pada periode sebelumnya mencatatkan deflasi,” ungkap dia yang kala itu juga didampingi Elsa S. Maharani, Kepala Seksi Kehumasan Kantor Perwakilan BI Malang.
Sementara itu, tegas dia, rata-rata inflasi selama lima tahun terakhir (2016-2020) yang bertepatan dengan periode bulan Ramadhan di Kota Malang mencapai 0,26% (mtm) atau 2,80% (yoy). Adapun stabilitas harga dan pasokan terutama menjelang perayaan Idul Fitri tetap perlu dikendalikan.
Menurut dia, berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia Malang hingga periode Minggu ketiga April 2021 mengindikasikan terdapat beberapa komoditas pangan yang mengalami kenaikan. Namun, lanjut dia, hal itu masih dalam kisaran wajar. Dia sebutkan misalnya telur ayam ras, daging ayam ras dan ikan bandeng.
Untuk tetap mengendalikan tekanan inflasi pada targetnya, kata dia, Bank Indonesia Malang bersinergi dengan seluruh Dinas dan Lembaga terkait untuk menjaga ketersediaan pasokan komoditas strategis.
Ketersediaan pasokan dan manajemen stok pangan, kata dia, akan lebih efektif dan efisien bila dilakukan antar daerah dengan memanfaatkan sumber daya daerah yang berlebih.
“Upaya tersebut dapat diwujudkan melalui implementasi kesepakatan Kerjasama Antar Daerah (KAD) dengan mengoptimalkan koordinasi lintas Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) kabupaten/kota terutama dengan TPID di wilayah produsen pangan,” tutur Azka.
Dia mengatakan hal itu penting diperkuat untuk mengantisipasi potensi permasalahan pasokan, distribusi maupun keterjangkauan harga secara dini.
Selain itu, kata dia, di masa pandemi ini, masyarakat juga diharapkan dapat mengatur pengeluaran secara bijak dan berdasarkan skala prioritas. Sebab hal tersebut diyakini juga berdampak terhadap ekspektasi inflasi. “Sehingga kenaikan harga komoditas tetap dalam kisaran yang stabil,” tutup dia. (aji)
Leave a Reply