
MALANGKOTA (SurabayaPost.id) – Jumlah Anak Tidak Sekolah (ATS) di Kota Malang masih tergolong tinggi. Hal itu berdasarkan data terakhir Januari 2025 yang menyebut sebanyak 3.406 ATS masih ada di Kota Malang.
Merespon itu, Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat menyebut sekolah rakyat yang direncanakan akan dibangun di Kota Malang bisa menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Nantinya, para ATS akan diarahkan untuk bersekolah di sekolah rakyat.
“Saya harapkan anak-anak putus sekolah nanti bisa ditampung oleh sekolah rakyat, jadi penurunan angka putus sekolah bisa kita minimalisir,” kata Wahyu.
Di sisi lain, Wahyu juga menegaskan untuk berkomitmen meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Malang. Salah satunya dengan program Ngalam Pintar yang diyakini akan meningkatkan kualitas pendidikan bagi siswa-siswi.
“Kita mempunyai tanggung jawab untuk lima tahun ke depan dan berharap ada peningkatan derajat dari kualitas pendidikan,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang, Suwarjana mengonfirmasi angka ATS Di Kota Malang menurun semenjak dibentuknya Satgas Anak Tidak Sekolah.
“Sekarang tinggal sekitar 2000-an, penanganan akan terus dilakukan dan Insya Allah akan berkurang,” kata Suwarjana.
Menurut Suwarjana, ada beberapa indikator yang menyebabkan jumlah ATS di Kota Malang terus berkurang. Salah satunya yakni faktor pindah domisili dari Kota Malang.
“Berkurang itu bukan berarti anak-anak mesti sekolah. Data itu terkadang sudah pindah Kota Malang, kemudian sudah bekerja,” terangnya.
Upaya-upaya untuk menekan angka ATS di Kota Malang terus digalakkan oleh Disdikbud, salah satu upaya tersebut yakni menggandeng stakeholder terkait untuk pencegahan maupun mengurangi jumlah ATS di Kota Malang.
“Intervensi kami tetap menggandeng PKK di tingkat rt dan rw. Makanya kita libatkan semuanya, dasawisma, kelurahan, semua dilibatkan menjadi satgas,” tandasnya. (**).