Inovasi Mahasiswa UMM: Smart Farming 5.0 untuk Atasi Hama Tikus dan Burung secara Efektif dan Ramah Lingkungan

Inovasi Mahasiswa UMM: Smart Farming 5.0 untuk Atasi Hama Tikus dan Burung secara Efektif dan Ramah Lingkungan. (Dok. Humas UMM).
Inovasi Mahasiswa UMM: Smart Farming 5.0 untuk Atasi Hama Tikus dan Burung secara Efektif dan Ramah Lingkungan. (Dok. Humas UMM).

MALANG (SurabayaPost.id) – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melalui program PPK Ormawa telah mengembangkan inovasi teknologi pertanian modern yang dapat membantu petani mengendalikan hama tikus dan burung secara efisien dan ramah lingkungan, Rabu (3/9/2025). Inovasi ini berupa Integrasi Smart Farming 5.0 berbasis SolarSonic IoT Guard, sebuah alat cerdas yang dapat mendeteksi dan mengusir hama secara otomatis.

Serangan tikus dan burung kerap menjadi momok bagi petani padi di Desa Ampeldento, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Selama ini, petani setempat masih mengandalkan cara tradisional untuk mengusir hama, mulai dari jebakan hingga penggunaan pestisida kimia yang justru menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.

Berangkat dari persoalan tersebut, tim mahasiswa UMM yang dipimpin oleh Galih Raka Yudistira, Ketua Himagri UMM, berkolaborasi dengan kelompok tani setempat untuk mengembangkan solusi berkelanjutan. Alat Smart Farming 5.0 ini dirancang untuk membantu petani lebih mudah dalam menjaga tanaman padinya.

“Alat ini bekerja otomatis dan dapat dikendalikan lewat aplikasi. Jadi, petani tidak perlu lagi bergantung pada cara konvensional yang kadang tidak efektif. Dengan teknologi ini, hasil panen diharapkan lebih aman dari serangan hama,” ungkap Galih.

inovasi Smart Farming 5.0 ini dapat menjadi solusi efektif dan ramah lingkungan untuk mengatasi hama tikus dan burung di sektor pertanian.
inovasi Smart Farming 5.0 ini dapat menjadi solusi efektif dan ramah lingkungan untuk mengatasi hama tikus dan burung di sektor pertanian.

Alat Smart Farming 5.0 ini dilengkapi dengan empat komponen utama. Pertama, Raspberry sebagai mikrokontroler yang mengatur sistem. Kedua, panel surya dan baterai sebagai sumber energi terbarukan sehingga bisa beroperasi 24 jam penuh. Ketiga, kamera thermal yang mampu mendeteksi perbedaan suhu tubuh hama dengan lingkungan sekitar. Keempat, speaker ultrasonik yang memancarkan gelombang suara khusus untuk mengusir hama tanpa merusak lingkungan.

Dengan inovasi ini, diharapkan hasil panen petani dapat meningkat dan lingkungan dapat terjaga dari kerusakan akibat penggunaan pestisida kimia. Selain itu, program ini juga memberikan manfaat bagi mahasiswa, yaitu pengalaman penting dalam melatih kepemimpinan, tanggung jawab sosial, dan kemampuan manajerial.

“Melalui program ini, mahasiswa belajar bagaimana berkolaborasi dengan masyarakat, sekaligus memastikan bahwa ilmu yang mereka pelajari benar-benar bermanfaat secara nyata,” kata Galih.

Dengan demikian, inovasi Smart Farming 5.0 ini dapat menjadi solusi efektif dan ramah lingkungan untuk mengatasi hama tikus dan burung di sektor pertanian. (**).

Baca Juga:

  • Mahasiswa ASEAN dan Jepang Berkumpul di UMM untuk Summer Course Pertanian
  • Ghozi Wisudawan Anumerta UMM, Menyentuh Hati dengan Dedikasi dan Semangat
  • UMM Beri Beasiswa Pengembalian Biaya Studi pada Ghozi dan Jadi Wisudawan Anumerta
  • Gandeng Kampus Taiwan, Teknik UMM Dalami Metode Cepat Penggunaan Robot dan AI