MALANGKOTA (SurabayaPost.id) – Wali murid Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Kota Malang, persoalkan biaya laundry dan catering siswa yang tinggal di ma’had madrasah setempat.
Hal itu diungkapkan salah satu wali murid yang enggan disebutkan namanya. Menurutnya, siswa MTsN 1 Kota Malang yang tinggal di ma’had wajib membayar biaya laundry sebesar Rp700 ribu dan biaya makan atau Catering Rp900 ribu per semester.
Dirinya pun meminta agar pihak sekolah transparansi terkait biaya tersebut kepada wali murid.
“Sekiranya pihak sekolah membuat laporan rincian untuk biaya laundry dan makan secara rinci kepada wali murid,”katanya.
“Untuk laundry biaya Rp700 ribu itu biasanya saldonya sudah habis dalam 2 bulan. Seorang murid atau santri itu kan tidak banyak sebenarnya jika melaundry. Wali murid ingin tahu rinciannya,” lanjut dia.
Sedangkan untuk persoalan makan, wali murid ini mengakui bahwa biaya Rp900 ribu per bulan untuk 3 kali makan sehari termasuk murah. Namun, saat libur semester beberapa waktu lalu. Wali murid tetap membayar Rp900 ribu namun saat itu sekolah libur selama 3 pekan.
“Akhirnya ramai di whatsapp grup mempertanyakan transparansi itu. Setelah ramai baru madarasah memberi penjelasan bahwa akan ada pemberian vitamin pada siswa. Penjelasan ini diberikan setelah wali murid ramai di grup,” ujarnya.
Wali murid berharap, pihak madarasah dan ma’had melakukan evaluasi kinerja pengelolaan laundry dan makan siswa. Jika tidak diperbaiki maka wali murid bisa saja memilih untuk melaundry di luar madarasah.
“Jika belum ada perubahan atau perbaikan, tanpa mengurangi semangat belajar anak. Kami bisa saja laundry dengan cara mandiri. Tapi soal catering tetap kami ikuti, karena harganya murah dan praktis. Hanya saja transparansi ini harus dilakukan,” tegasnya.
Terpisah, Kepala MTsN 1 Kota Malang, Erni Qomaria Rida mengakui adanya pelaksanaan laundry dan catering di lingkungan MTsN 1 tersebut. Terkait laundry tidak diwajibkannya.
“Yang kami wajibkan di ma’had adalah catering-nya. Disebabkan, putra-putrinya yang menginap di ma’had butuh makan dan minum. Tidak mungkin orang tuanya mengirim ke sini sebanyak tiga kali dalam sehari,” ucap Erni.
Untuk memudahkan proses pembelajaran dan kenyamanan serta ketenangan santri di ma’had. Erni menjelaskan, pihaknya menerapkan adanya catering. Selain prosesnya praktis juga lebih murah.
“Dibandingkan beli diluar, harganya jauh lebih mahal. Disisi lain, menunya berganti dalam sehari tiga kali. Jadi catering kami wajibkan bagi putra-putrinya yang menginap di ma’had MTsN 1 sini,” jelas Erni.
Sementara itu mengenai penerapan laundry di lingkungan ma’had, ditegaskan oleh Erni, pihaknya tidak mewajibkannya. Dikembalikan sepenuhnya kepada orang tua masing-masing.
“Namun demikian, siswa yang menginap di ma’had, jumlahnya kini ada 220 santri. Tapi yang mengikuti penerapan laundry, kami mencatat ada 208 santri. Tapi tetap tidak diwajibkannya, kecuali catering, karena pasti butuh makan dan minum sehari-harinya,” tegasnya.
Erni menambahkan, ada beberapa siswa yang menginap di ma’had belum menyelesaikan kewajibannya. Namun pihaknya masih memberikan toleransi.
“Kami selama ini juga tidak mengelola keuangan, komitelah yang mengelola keuangannya. Kami hanya menyampaikan proses administrasinya dari pihak wali murid dan pihak rekanan,” jelasnya.
Terkait adanya info seperti keberatan dari Wali murid, pihaknya menyampaikan rasa terima kasih. Pihaknya pun akan melakukan evaluasi dan siap memperbaikinya,
“Ini merupakan masukan dan segera akan kami komunikasikan dengan para orang tua, agar lebih baik lagi,” pungkasnya. (Lil)