TANGERANG (SurabayaPost.id) – Kinerja PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI Finance) luar biasa. Berkat inovasi yang terus dilakukan, BFI Finance ini sudah mampu mencatat pendapatan Rp 2,5 triliun dengan laba bersih tercatat sebesar Rp 690 miliar pada semester 1 tahun 2019 ini.
“Pencapaian itu merupakan hasil maksimal selama semester 1 tahun 20 19 ini. Sebab hal itu dicapai dalam berbagai kondisi yang kurang kondusif saat itu,” jelas Finance Director & Corporate Secretary BFI Finance, Sudjono, Senin (29/7/2019).
Dijelaskan Sudjono bila selama masa yang kurang kondusif itu, BFI Finance terus melakukan inovasi. Itu disamping tetap menjaga tingkat pencadangan yang memadai. menjalankan risk management yang prudent, serta kemampuan pendanaan Perusahaan yang baik.
Makanya, tegas dia, BFI Finance menutup paruh pertama 2019 dengan membukukan pendapatan senilai Rp2,5 triliun. Nilai pendapatan itu meningkat dari Rp2,4 triliun year on year di tengah kondisi eksternal yang belum cukup kondusif bagi perusahaan.
Menurut Sudjono, penerapan strategi yang agile dengan fokus berinovasi juga strategi tersendiri. Sehingga mampu menelurkan dan mengembangkan produk sesuai perubahan pola hidup masyarakat.
Itu mengingat, tegas dia, gelaran Pilpres mendorong para pelaku usaha mengambil sikap wait and see. Belum lagi, kata dia, momentum Ramadhan dan Lebaran, serta perlambatan investasi serta lesunya harga komoditas.
Kondisi tersebut terang dia mengakibatkan tekanan yang cukup mempengaruhi pertumbuhan bisnis BFI Finance sebagai perusahaan pembiayaan. Makanya, kata dia, perusahaan harus gigih mendorong pertumbuhan bisnis untuk menjawab beragam tantangan tersebut.
Kegigihan itu, ungkap dia, membawa perusahaan dengan membukukan piutang pembiayaan neto Rp 16,4 triliun. Selain itu mencatat total aset senilai Rp 18,3 triliun di semester pertama 2019.
Dari piutang pembiayaan tersebut, dijelaskan dia, komposisi pembiayaan BFI Finance masih didominasi oleh pembiayaan mobil sebesar 73%, kontribusi alat berat dan mesin sebesar 15%. Itu dilengkapi dengan pembiayaan motor sebesar 10%. Sedangkan sisanya berasal dari kontribusi pembiayaan properti (property-backed financing) dan syariah.
“Saldo pinjaman yang diterima oleh Perusahaan di semester pertama 2019 ini tercatat sebesar Rp 6,8 triliun, dengan pembiayaan bersama atas fasilitas kredit atau joint financing diluar saldo pinjaman tersebut sebesar Rp1,03 triliun. Jumlah ini meningkat pesat dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 462 miliar,” katanya.
Meski begitu, tegas dia, perusahaan terus meningkatkan penerapan prosedur pengelolaan risiko dan manajemen kualitas aset yang pruden. Itu, lanjut dia, melalui proses underwriting, monitoring, collection dan recovery kredit yang disiplin. Sehingga rasio pembiayaan bermasalah (NPF/non performing financing) tercatat sebesar 1,43%. “NPF sebesar itu lebih baik dari rata-rata industri pembiayaan yang mencapai 2,7%,” ungkapnya.
Karena itu kata dia, tahun 2019 ini BFI Finance fokus pada peningkatan kualitas pelayanan dan produk pembiayaan yang menyeluruh. Hal itu, kata dia, dengan memperkuat eksistensi beragam produk barunya.
Di antara produk baru itu Unit Usaha Syariah (UUS), BFI Education dan BFI Leisure. Khusus untuk Unit Usaha Syariah sendiri, kata dia, perusahan cukup gencar dalam meningkatkan layanannya dengan memperluas ketersediaan produk di cabang lain di luar Wilayah Jabodetabek. Sehingga, masyarakat Indonesia di berbagai penjuru provinsi dapat menemukan produk yang dikenal dengan BFI Finance Syariah. (aji)
Leave a Reply