Oleh: Esther Pratiwi Legoh*
Krisis adalah peristiwa besar tak terduga yang secara potensial berdampak negatif terhadap perusahaan maupun public (Putra, 1999). Terdapat berbagai macam krisis misalnya krisis ekonomi, krisis pendidikan, krisis kesehatan atau krisis lainnya.
Krisis ekonomi sendiri merupakan keadaan dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan secara drastis (Market Business News). Secara umum, negara yang menghadapi keadaan tersebut akan mengalami penurunan produk domestic bruto (PDB), jatuhnya harga properti dan saham serta naik turunnya harga karena inflasi.
Terdapat beberapa alasan mengapa krisis ekonomi bisa terjadi seperti utang negara yang berlebihan, laju inflasi yang tinggi serta pertumbuhan ekonomi yang macet. Banyak sekali dampak yang dapat disebabkan krisis ekonomi dan salah satunya ialah pemutusan hubungan kerja.
Dimana hal ini dilakukan karena perusahaan tidak memiliki cukup uang untuk menggaji karyawannya, sehingga secara tidak langsung hal ini berdampak pada meningkatnya angka pengangguran.
Selain krisis ekonomi, ada juga krisis kesehatan yang merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa, korban luka atau sakit, pengungsian, dan/atau adanya potensi bahaya yang berdampak pada kesehatan masyarakat yang membutuhkan respon cepat diluar kebiasaan normal dan kapasitas kesehatan tidak memadai (Permenkes 75 tahun 2019).
Sampai saat ini dunia masih dihadapkan dengan pandemi COVID 19 sejak ditetapkannya pada 11 Maret 2020 oleh World Health Organization. 152 juta jiwa di seluruh dunia telah terkonfirmasi positif COVID 19 dengan 3,19 juta jiwa yang meninggal diantaranya dan 89,9 juta jiwa yang sembuh (Wikipedia).
Amerika Serikat menjadi negara dengan kasus konfirmasi positif terbanyak meski mereka adalah negara adidaya. Baru-baru ini pun India sedang kewalahan menangani COVID 19 yang membludak seakan keadaan mudah terbalik. Jika dilihat sekilas, sektor ekonomi dan kesehatanlah yang paling terdampak.
Banyak negara-negara besar bahkan mengalami resesi. Juga banyak yang kehilangan tenaga kesehatannya saat berhadapan langsung dengan mereka yang tertular. Kefokusan pemerintah terbagi demi mengatasi dampak COVID ini. Meski begitu dalam keadaan yang seperti ini segala sesuatu harus dibangun menjadi lebih baik untuk mencegah atau memperkecil kerugian yang akan diterima. Pembangunan sendiri merupakan proses yang mencakup seluruh system sosial seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan, dan teknologi, kelembagaan dan budaya (Alexader, 1994) sehingga penting untuk dilakukan. Lalu di tengah krisis yang dihadapi dunia saat ini, manakah yang seharusnya didahulukan, pembangunan ekonomi atau pembangunan kesehatan?
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan penduduk bagi suatu negara (Wikipedia). Pembangunan ekonomi membantu terbukanya lapangan kerja, bertambahnya pendapatan, tersedianya fasilitas umum, serta berubahnya struktur ekonomi ke bidang industri dan jasa.
Namun pembangunan ekonomi berakibat pada meningkatnya urbanisasi, juga pencemaran dan kerusakan lingkungan. Sedangkan pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi – tingginya. Beberapa alasan mengapa pembangunan kesehatan perlu ditingkatkan saat krisis ialah untuk mencegah terjadinya generasi rendah mutu, mengatasi kemiskinan serta sebagaimana kesehatan sendiri merupakan hak asasi manusia.
Sebenarnya kedua hal ini, pembangunan ekonomi dan pembangunan kesehatan sama – sama penting dan tumpang tindih. Apabila perekonomian masyarakat memadai maka derajat kesehatan ikut meningkat.
Dan sebaliknya juga apabila derajat kesehatan masyarakat tinggi maka produktivitas juga tinggi yang membuat perekonomian masyarakat juga turut meningkat. Untuk itu sebenarnya susah memilih untuk mendahulukan yang mana. Namun berkaitan dengan kondisi yang terjadi saat ini maka akan lebih baik jika pembangunan kesehatan didahulukan. Sebab wabah COVID 19 yang menyebar luas hampir ke seluruh penjuru dunia ini memakan banyak korban jiwa, dimana dari hari ke hari terjadinya peningkatan angka kesakitan juga angka kematian. Meskipun tingkat kesembuhan juga sudah semakin meningkat. Tak dapat dipungkiri, beberapa negara masih mengalami fenomena second wave atau gelombang kedua.
Telah kita lihat bersama berbagai dampak yang diakibatkan oleh Pandemi COVID 19. Apabila pembangunan kesehatan tidak ditingkatkan, bukan tidak mungkin tenaga kesehatan akan terkuras habis dikarenakan proses penularan penyakit yang sangat cepat dan belum dapat ditekan.
Maka siapa lagi garda terdepan yang akan menangani COVID 19 langsung. Bukan tidak mungkin negara kehilangan generasi bangsa akibat penularan ini, melihat mobilisasi kelompok usia produktif yang tinggi dan rentan tertular. Akan tetapi akan lebih baik maju menjadi negara yang kuat baik dalam bidang ekonomi maupun kesehatannya. Ekonomi yang baik akan mendorong masyarakat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Untuk itu diperlukan bantuan masyarakat turut ambil bagian dalam pembangunan – pembangunan negara karena yang merasakan manfaatnya ialah masyarakat sendiri. Tetaplah patuhi protokoler yang ada dan tetaplah produktif agar Indonesia semakin kuat menghadapi krisis pandemi. (*)
*Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Nusa Cendana
Leave a Reply