MALANG (SurabayaPost.id) – Mendikbud RI, Prof Dr Muhadjir Effendy MAP meminta agar semua warisan budaya dipelihara dan dicerahkan. Permintaan itu disampaikan saat mengunjungi Lawang Heritage di Kota Lawang, Kabupaten Malang, Jatim, Minggu (11/11/2018).
“Kota (Lawang) ini lebih tua dari Kota Malang. Tentu menyimpan budaya yang kuat, termasuk bangunan dan keseniannya. Tolong dipelihara dan dicerahkan untuk kesinambungan budaya kita,” pintanya dalam kunjungan dadakan ke TWL (Terminal Wisata Lawang) Malang.
Menurut mantan Rektor UMM ini, “Tidak ada bangsa yang hebat, kecuali yang mampu memelihara dan mencerahkan keluhuran budayanya,” lanjutnya.
Muhadjir bersama putranya siang kemarin memang melakukan kunjungan dadakan ke Lawang. Tepatnya di sebuah kota heritage berjarak 18 Km dari Kota Malang. Profesor dari Universitas Negeri Malang ini lebih dahulu mengunjungi SMP Boarding School Aisyiyah, lalu mampir ke TWL.
Berbatik lengan pendek dan bertopi, bapak dari tiga orang anak ini tiba-tiba saja menepikan mobil Kijang Innova hitamnya di jalan Tawang Argo Lawang, persis di pinggir lapangan TWL. Turun, lalu memandang perform sekelompok pemain band belia dari Sumber Porong Lawang, yang sedang mengalunkan tembang folk dari Payung Teduh.
Muhadjir lalu melangkah masuk. Imawan Mashuri, Ketua Komunitas Lawang Heritage, tampak terkejut melihat tamu tak diundangnya itu. Wartawan senior dan founder Arema Media Grup itu segera saja menghambur dari tempat duduknya, menghampiri Muhadjir, lalu cipika cipiki seraya tersenyum lebar.
“Alhamdulillah, mimpi apa kita ini, didatangi tamu hebat,” kata Imawan Mashuri disambut senyum.
“Mas Imawan ini teman baik saya,” ujar Muhadjir seraya memperkenalkannya kepada Rizal, ajudannya dan beberapa orang yang menemani.
Imawan didampingi Sugeng Irawan, mantan Ketua PWI Malang dua periode yang juga dikenal baik oleh Muhadjir. Pertemuan itu benar-benar tidak disengaja. Muhadjir mampir karena melihat ada keramaian ketika melewati TW.
Kegiatan mampir mendadak seperti itu memang telah menjadi kebiasaan Muhadjir sejak jadi Mendikbud. Muhadjir tidak tampak terlalu terkejut ketika bertemu Imawan dan Irawan. Karena, ternyata, begitu melihat keramaian di TWL, diam-diam meminta ajudannya menyusup ke lokasi, untuk mendapatkan informasi, acara apa dan siapa yang ada di balik acara.
“Takutnya acara partai atau hajatan pribadi,” kata Rizal, menjelaskan secara terpisah.
Sambil berdiri, Muhadjir kemudian dapat sambutan dari sejumlah punggawa Lawang Heritage. Tampak Daya Sundara, pengusaha yang peduli terhadap budaya dan lingkungan hidup sekaligus ketua bidang kegiatan yang disukai itu di Lawang Heritage.
Menyusul Murtadji, Lurah Lawang yang begitu aktif memberdayakan masyarakat untuk peduli daerahnya. Ada Bastian dan Chussy, dari komunitas Arela (Arek Lawang) yang rajin peduli desa, sungai dan lingkungan, serta beberapa orang yang lain.
Para tuan rumah ini tampak santai, hanya berkaos bahkan di antaranya bercelana pendek. “Maaf Pak, kami tidak tahu kalau Bapak akan mampir ke sini,” ujar Irawan yang selama ini tandem dengan Imawan untuk bersama yang lain membangun Lawang Heritage.
“Saya juga, hanya pakai kaos, karena yang bagian angkat-angkat Pak,” kelakar Bastian yang bersama Chussy mengomandani komunitas; Arela Ngopeni Kampung.
Masyarakat Lawang memang sedang bergiat. Di bawah payung Lawang Heritage sebagai rumah besarnya.
Muhadjir kemudian mengajak jalan-jalan melihat apa saja yang sedang diekspresikan di lokasi yang kini sedang disulap jadi panggung ekspresi warga kecamatan Lawang itu.
Ekspresi apa saja; kesenian, kuliner khas dan kerajinan. Di lokasi yang dipayungi empat pohon trembesi rindang usia lebih seratus tahun itu, warga Lawang memang datang bersama keluarga, menggelar tikar, menyaksikan perform di panggung yang diisi oleh band dan kesenian-kesenian lain oleh arek-arek Lawang sendiri.
Dan anak-anak tampak menggambar dan mewarnai di beberapa sudut lokasi. Pagi kemarin, TWL memulai kegiatan dengan menggelar senam Sehat Heritage, senam zumba, disambung pergelaran tiga band dari tiga desa dan dipungkasi dengan kesenian daerah jaranan; Putro Ismoyo Djati, Mlaten, yang semuanya tampil apik.
Muhadjir datang pas perform band. Dia pun lalu tampil, bernyanyi, melantunkan; Kekasih Bayangan dari Cakra Khan.
“Bapak sangat update banget dengan lagu-lagu baru,” seloroh musisi yang mengiringi alunan Muhadjir, disambut tepuk tangan sekitar seribu orang yang sudah memadati TWL.
Selesai bernyanyi, Muhadjir menyaksikan pameran foto heritage, rumah-rumah kuno yang dipajang di panggung. “Ini bagian dari urusan kementerian saya, masuk budaya,” katanya sambil berpesan untuk memelihara segala warisan budaya.
Dia pun menjanjikan memberi bantuan untuk kepentingan heritage. Dan menyatakan akan datang kalau Lawang Heritage akan dilaunching kelak. “Ini sekadar sumbangan dari saya,” kata Muhadjir menyodorkan amplop kepada Imawan.
Berisi uang. Di panggung itu pula kemudian amplop itu diserahkan kepada Daya Sundara untuk bantuan acara yang semuanya memang swadaya masyarakat.
Muhadjir pun menyatakan juga akan membantu apa saja yang mungkin dalam upaya pelestarian budaya dan semangat belajar. Program Lawang Heritage untuk pengadaan mobil perpustakaan keliling, dijanjikan akan dibantu.
Itu karena Lawang Heritage memang sedang menerima bantuan buku-buku untuk perpustakaan keliling. Sebelum meninggalkan lokasi, Muhadjir berkeliling lagi, tampak mewawancarai para remaja belia pemain kesenian jaranan.
Dia juga ikut lesehan bersama anak-anak kecil yang sedang bermain. Muhadjir juga berbincang dengan mereka yang menggendong balita lucu dan menciumnya. Juga tampak ngobrol dengan anak-anak yang sedang menggambar.
Bahkan ada anak yang serius mewarnai gambar pemandangan, diwawancara oleh Muhadjir dari belakang. Anak itu masih serius mewarnai gambarnya.
Setelah diminta oleh pembimbingnya untuk menoleh ke belakang, dia terkejut, karena ternyata menteri Muhadjir yang mewawancarai.
Sambil tersenyum, gadis cilik itu kemudian salim, mencium tangan Muhadjir. Muhadjir pun membalas dengan ciuman pada jidat gadis cilik itu dengan penuh kasih sayang. (aji/ah)
Leave a Reply