Otak merupakan salah satu alat yang memiliki peran sangat penting didalam tubuh (Jannah, 2023), sebab pada otak sendiri memiliki beberapa fungsi penting misalnya mengatur sistem reproduksi, pernapasan, emosi, memproses informasi, serta mengendalikan pikiran, perasaan, dan pergerakan. Pada fokus pembahasan risalah ini akan mengkaji terkait dengan pemprosesan bahasa yang diperankan langsung oleh otak manusia. Seperti yang diketahui bahwa otak adalah pengendali tubuh manusia termasuk dalam memahami serta mengolah bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam memproses bahasa yang terdapat di otak tersebut tentu membutuhkan keterlibatan dari aspek kognitif, sehingga membentuk suatu struktur kalimat kompleks.
Akan tetapi dalam implementasinya kinerja otak memiliki tantangan dalam memproses bahasa, sehingga hal tersebut akan memberikan pengaruh terhadap kelancaran komunikasi. brain-based language barriers atau yang disebut dengan hambatan otak pada cakupan bahasa umumnya memiliki gangguan pada saat menggunakan, memproduksi, serta memahami terkait dengan bahasa. Terdapat berbagai macam jenis hambatan otak, diantaranya adalah:
- Afasia
Gangguan yang terjadi pada individu, dimana mereka mengalami kesulitan dalam menulis, membaca, memahami, serta bicara yang disebabkan oleh adanya kerusakan yang terdapat pada area Wernicke dan Broca yang mengatur terkait dengan kemampuan bahasa pada individu (Annas, dkk., 2024).
- Disleksia
Kondisi saat individu mengalami kesulitan dalam menulis dan membaca. Disleksia bukan karena rendahnya kecerdasan, melainkan cara otak mengolah informasi bahasa secara berbeda (Makshsun & Krisphianti, 2023).
- Gangguan Pemrosesan Auditori (Auditory Processing Disorder/APD)
Pada gangguan ini hambatan yang terjadi pada otak ialah kesulitan dalam proses mendengar terkait dengan pengetahuan yang didapatkannya. APD dapat mengganggu pemahaman bahasa lisan, terutama dalam lingkungan bising.
- Apraksia verbal
Kondisi ini menimbulkan individu memiliki kesulitan dalam mengatur gerakan lidan serta mulut dalam menciptakan bunyi/suara yang sesuai. Apraksia verbal umumnya terjadi pada anak-anak, namun pada usia dewasa juga dapat terjadi yang disebabkan oleh kerusakan otak (Sarifuddin, 2023).
- Disgrafia
Disgrafia memberikan pengaruh pada kemampuan menulis individu. Pada kasus tertentu, penderita disgrafia dapat menghambat komunikasi tertulis yang disebabkan oleh kesulitan dalam membentuk kalimat, kata, ataupun huruf dengan tepat (Triadi & Hilaliyah, 2024).
- Autisme
Kesulitan komunikasi terhadap orang lain dan lingkungan sosial dapat dirasakan oleh individu autism. Beberapa hambatan bagi individu autisme ialah menggunakan bahasa secara kontekstual, memahami bahasa kisaran, serta memahami makna tersirat (Crystal, 2024).
- Gangguan spektrum afektif
Hambatan otak dalam memproses bahasa juga disebabkan oleh gangguan seperti kecemasan, depresi, dsb. Hal tersebut tentu akan memberikan pengaruh terhadap kecepatan berpikir, ingatan, serta fokus (Anggriana, dkk., 2022).
Berikut dipaparkan terkait dengan solusi dalam mengatasi hambatan bahasa dalam kehidupan sehari hari, diantaranya adalah:
- Teknologi assistive
Beberapa teknologi yang bisa digunakan dalam membantu mereka yang mengalami kesulitan dalam memproses bahasa pada otak diantaranya adalah aplikasi penulisan, perangkat lunak pengenalan suara, serta aplikasi pembaca layar.
- Dukungan sosial
Peran keluarga serta komunitas sosial dapat berperan penting dalam mendukung individu yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Adanya dukungan emosional, komunikasi non-verbal, serta sikap sabar dapat mengurangi perasaan frustasi mereka yang mengalami kesulitan berkomunikasi.
- Pendekatan pendidikan khusus
Adanya gangguan bahasa yang terjadi pada individu seperti disleksia dapat menggunakan pendekatan pendidikan khusus. Misalnya dalam penggunaan metode visual dengan menggunakan teknologi seperti program komputer yang memberikan dukungan dalam proses pembelajaran bahasa.
- Terapi bicara
Gangguan dalam pemrosesan bahasa yang terdapat di otak dapat menciptakan individu kesulitan dalam menulis, membaca, memahami, serta bicara, sehingga dalam mengatasi hal tersebut dapat dilakukan pendekatan terapi bicara. Melalui penggunaan terapi tersebut dapat membantu dalam pemahaman kata, struktur kalimat, serta memperbaiki pengucapan.
Berdasarkan pemaparan diatas diketahui peran otak dalam memproses bahasa merupakan kemampuan berkomunikasi individu yang memiliki dampak pada aspek pendidikan, kehidupan sosial, dsb. Adanya hambatan otak dalam memproses bahasa dapat disebabkan oleh gangguan neurologis maupun kondisi seperti afasia, disleksia, dll. Namun, hambatan tersebut dapat diminimalisit melalui dukungan sosial, teknologi, ataupun terapi bicara, sehingga otak dapat menjalankan fungsinya dalam proses kemampuan, penerjemahan, dan memahami bahasa.
DAFTAR PUSTAKA
Anas, B. P., Assago, C. C., Delvi, M. L. H. A., Nuranisa, W., & Hamidah, S. (2024). Gangguan Bahasa Pada Penderita Afasia. Pragmatik: Jurnal Rumpun Ilmu Bahasa dan Pendidikan, 2(3), 33-41.
Anggriana, T. M., Helmastuti, F., Dianggi, K., & Maghfiroh, C. M. (2022). Boneka Ekspresi Sebagai Alternatif Pembelajaran Afeksi pada Siswa Autis. Jurnal Ilmiah Profesi Guru (JIPG), 3(1), 59-67.
Crystal, D. (2024). Ensiklopedi bahasa: The Cambridge encyclopedia of language. Nuansa Cendekia.
Jannah, M. (2023). Perkembangan Otak Pada Anak Usia Dini: Kajian Dasar Neurologi Dan Islam. Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak, 9(1), 171-180.
Makhsun, R. L., & Krisphianti, Y. D. (2023, August). Proses Layanan BK Kepada Anak Dengan Kesulitan Belajar Disleksia. In Prosiding SEMDIKJAR (Seminar Nasional Pendidikan dan Pembelajaran) (Vol. 6, pp. 843-851).
Sarifuddin, M. (2023). Kompleksitas Otak Manusia Serta Peranannya Terhadap Kemampuan Berbahasa. Journal Transformation of Mandalika, 4(2), 182-200.
Triadi, R. B., & Hilaliyah, H. (2024). Pembelajaran Individual pada Anak Disgrafia Usia Dewasa (Studi Kasus Mahasiswa di Kota Tangerang Selatan). DEIKTIS: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, 4(4), 752-762.