Gresik (SurabayaPost.id) – Camat Kebomas, Tri Joko Effendi, menyampaikan kekecewaannya terhadap dinamika internal pengurus Yayasan Sunan Giri dan Kaum Giri yang belakangan justru lebih banyak memperdebatkan jumlah serta posisi pengurus ketimbang fokus pada kepentingan utama, yakni pengelolaan makam Sunan Giri.
Dalam forum musyawarah yang mempertemukan unsur kecamatan, yayasan, kaum, serta tokoh masyarakat, Tri Joko menegaskan bahwa perdebatan mengenai apakah jumlah pengurus tiga, empat, atau lima orang, tidak seharusnya menggeser substansi utama, yaitu bagaimana makam Sunan Giri dapat dikelola secara tertib, mandiri, dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
“Kalau hanya soal jumlah, itu hal kecil. Jangan sampai rebutan posisi membuat masyarakat melihat kita tidak dewasa. Yang lebih penting adalah bagaimana kita bersama-sama menjaga dan merawat makam Sunan Giri dengan baik,” tegas Tri Joko.
Ia menambahkan, dirinya hadir sebagai mediator, bukan pihak yang memiliki kepentingan pribadi dalam struktur yayasan. Menurutnya, jika semua pihak mengedepankan ego, maka masalah tidak akan selesai dan justru menimbulkan pertikaian berkepanjangan.
“Saya ini Camat, posisi saya netral. Tapi kalau masih ada yang mengedepankan keinginan pribadi, wajah kita semua yang akan tercoreng. Seharusnya kita bisa legowo, mencari jalan tengah yang bermanfaat bagi umat,” lanjutnya.
Tri Joko juga mengingatkan bahwa pengelolaan makam wali bukan semata urusan duniawi atau perebutan jabatan, melainkan amanah sejarah dan tanggung jawab moral. Karena itu, ia mendorong agar pihak yayasan dan kaum segera mencapai kesepakatan, meskipun membutuhkan waktu tambahan.
“Kalau hari ini tidak selesai akan kami laporkan ke pimpinan DPR. Bahwa kedua belah pihak tidak bisa bersepakat. Maka resikonya penglolaan akan diambil alih cagar budaya,” pungkasnya.