GRESIK (SurabayaPost.id)–Kegiatan Kajian Koleksi Museum Sunan Giri 2025 resmi dilaksanakan di Museum Sunan Giri, Jl. Sunan Giri No.2a, Pedukuhan, Kebomas, Gresik, Jawa Timur. Program ini menjadi agenda penting Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Gresik untuk memperkaya narasi sejarah serta meningkatkan kualitas interpretasi koleksi museum daerah.
Tahun ini, tim pengkaji meneliti sejumlah koleksi penting, antara lain keris duplikat Kalamunyeng, piring Eropa, umpak cungkup makam, fragmen keramik Cina, tombak, lampu gantung, guci, dan pedupaan. Setiap artefak dikaji dari sisi sejarah, visual, bahan, konteks budaya, hingga keterhubungannya dengan perjalanan peradaban Gresik sebagai kota pelabuhan tua.
Ketua tim kajian, Kris Aji AW, menegaskan pentingnya pendalaman koleksi untuk memperkuat posisi museum sebagai pusat rujukan sejarah Gresik.
“Koleksi museum bukan sekadar benda diam,” ujarnya, Rabu (26/11/25). “Setiap fragmen, setiap keris, setiap pecahan keramik memuat jejak panjang peradaban. Kajian ini membantu membuka lapisan-lapisan cerita yang selama ini belum tersampaikan ke publik.” Ia menambahkan bahwa kajian tahun 2025 memberikan banyak temuan awal terkait hubungan niaga internasional dan dinamika budaya pesisir.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif, Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disparekrafbudpora) Kabupaten Gresik, drg. Syaifudin Ghozali, menegaskan komitmen pemerintah daerah terhadap penguatan museum sebagai ruang edukasi publik.
“Museum Sunan Giri harus menjadi pusat pengetahuan dan kebanggaan warga Gresik,” ujarnya. “Kajian ini kami dorong agar koleksi yang tersimpan tidak hanya terawat secara fisik, tetapi juga hidup melalui narasi yang akurat, ilmiah, dan mudah dipahami generasi muda.”
Untuk memastikan publik memperoleh manfaat luas dari hasil penelitian, Dinas Parekraf menyelenggarakan Seminar Kajian Museum pada 12, 13, 18, dan 27 November 2025. Kegiatan ini diikuti oleh guru sejarah, mahasiswa, komunitas budaya, serta instansi terkait. Seminar bertujuan membuka ruang dialog sekaligus mempublikasikan temuan awal para pengkaji.
Program kajian ini diharapkan menjadi pondasi bagi pengembangan konten pendidikan, pameran tematik, hingga penulisan buku interpretatif tentang sejarah Gresik. Dengan demikian, museum tidak hanya menjadi tempat penyimpanan benda bersejarah, tetapi pusat pembelajaran yang terus relevan bagi masyarakat.
