MALANG (SurabayaPost.id) – Perkembangan kondisi ekonomi di wilayah kerja Bank Indonesia (BI) Malang belum signifikan. Sebab, berdasarkan survei penjualan eceran (SPE), omzet penjualan pada bulan Juli 2021 tumbuh melambat sebesar -8,49% (mtm). Itu dibandingkan realisasi omzet penjualan Juni 2021 yang terkonfirmasi sebesar 0,05% (mtm).
Kepala BI Malang, Azka Subhan Aminurridho mengakui hal tersebut, Senin (9/8/2021). Menurut dia ada lima kelompok komoditas yang diperkirakan mengalami penurunan omzet penjualan pada Juli 2021.
Dia sebutkan antara lain kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya turun -13,36% (mtm), kelompok kendaraan turun -12,40% (mtm), kelompok suku cadang dan aksesoris turun -7,63% (mtm).
Selain itu, kelompok bahan bakar kendaraan bermotor turun -7,08% (mtm), dan terakhir kelompok peralatan dan komunikasi di toko yang turun sebesar -0,67% (mtm).
Sementara itu, kata dia, tiga kelompok lainnya diperkirakan mengalami kenaikan omzet. Disebutkan seperti kelompok makanan, minuman dan tembakau naik 10,36% (mtm). Lalu, kelompok barang budaya dan rekreasi naik 3,14% (mtm), kelompok barang lainnya naik 0,73% (mtm).
Dijelaskan Azka bahwa penurunan omzet penjualan eceran tersebut mengindikasikan adanya dampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat terhadap kondisi ekonomi.
Komoditas yang mengalami penurunan signifikan, kata dia, pada kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya. Itu merupakan jenis komoditas durable goods atau barang tahan lama.
Barang semacam itu dia sebutkan seperti mebel, barang elektronik, bahan konstruksi kayu, dan tekstil. “Adapun komoditas yang mengalami penurunan omzet terdalam pada kelompok peralatan dan komunikasi di toko adalah barang elektronik audio/video,” jelas dia.
Sedangkan untuk komputer dan perlengkapannya, tegas dia, tumbuh 2,74% (mtm). Alasannya, karena masih digunakan sebagai sarana penunjang belajar secara online selama masa pandemi.
“Kondisi ini mengindikasikan bahwa tingkat konsumsi atau spending masyarakat kembali tertahan di tengah lonjakan kasus Covid-19. Hal ini juga terkonfirmasi dari meningkatnya omzet penjualan eceran untuk kelompok makanan, minuman dan tembakau yang pertumbuhannya ditopang oleh naiknya omzet komoditas makanan jadi sebesar 19,78% (mtm) karena masyarakat cenderung melakukan belanja lebih banyak untuk persediaan,” tutur dia.
Sementara itu, jelas Azka, omzet pada kelompok kendaraan, kelompok suku cadang dan aksesoris, serta kelompok bahan bakar kendaraan bermotor terkoreksi setelah pada periode sebelumnya meningkat seiring dengan diberlakukannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK.010/2021 yang memberikan relaksasi PPnBM terhadap jenis kendaraan tertentu.
Penurunan omzet pada kelompok kendaraan tersebut, kata Azka, hanya terjadi pada komoditas mobil. Sedangkan untuk motor masih tumbuh positif.
“Adapun penurunan omzet pada kelompok bahan bakar kendaraan bermotor terjadi pada komoditas pertamax dan pertalite sebagai jenis bahan bakar yang mayoritas digunakan oleh masyarakat,” ungkap dia.
Hal itu, lanjut dia, mencerminkan adanya penurunan permintaan masyarakat terhadap jenis bahan bakar tersebut seiring dengan turunnya mobilitas masyarakat di masa PPKM Darurat. Sehingga mengakibatkan omzet mengalami penurunan.
Sebaliknya, papar Azka, kelompok barang budaya dan rekreasi masih tumbuh positif. Itu karena ditopang oleh kenaikan omzet pada komoditas alat tulis seiring dengan dimulainya tahun ajaran baru bagi anak sekolah.
“Dengan demikian, pola konsumsi masyarakat di tengah pemberlakuan PPKM Darurat sejak 3 Juli 2021 lalu terindikasi kembali berfokus untuk memenuhi kebutuhan primer dibandingkan kebutuhan sekunder,” pungkasnya. (@ji)
Leave a Reply