BATU (Surabayapost.id) – Kinerja industri keuangan dibawah kendali Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang cukup membanggakan. Untuk itu pada acara puncak Bulan Inklusi Keuangan (BIK) yang digelar di Gotel Senyum Batu, Selasa (2/2021), Forum Komunikasi Industri Jasa Keuangan (FKIJK) Malang menghadirkan tiga kepala daerah.
Hebathya, ketiga kepala daerah di Malang Raya itu hadir semua. Mereka adalah Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko, Wali Kota Malang Sutiaji dan Bupati Malang HM Sanusi.
Kepala OJK Malang yang juga Ketua FKIJK Malang Sugiarto Kasmuri melaporkan kinerja industri keuangan pada mereka. Menurut dia, Penyaluran kredit dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) di Malang Raya lebih bagus ketimbang nasional.
Dijelaskan Sugiarto Kasmuri bahwa penyaluran kredit perbankan di Malang Raya pada posisi September III/2021 menembus Rp42,82 triliun. Tumbuh 3,47 persen secara tahunan. “Itu lebih tinggi dari pertumbuhan kredit nasional pada periode yang sama. Sebab nasional hanya 2,21 persen,” jelas dia.
Pertumbuhan kredit sebesar itu diyakini Sugiarto Kasmuri bisa memberikan dampak lebih dalam upaya pemulihan ekonomi nasional di Malang Raya. Terutama di masa pandemi Covid-19.
Begitu juga dengan pertumbuhan DPK di Malang Raya. “Lebih besar dibandingkan secara nasional,” tutur dia dengan bangga.
Menurut dia, hingga September 2021, pertumbuhan DPK mencapai 10,44 persen secara tahunan. Itu lebih tinggi dari pertumbuhan nasional yang mencapai 7,69 persen.
Makanya, dia sangat yakin fungsi intermediasi perbankan berjalan dengan baik. Sebab pertumbuhan DPK dan realisasi penyaluran kredit lebih besar ketimbang nasional.
Sugiarto Kasmuri juga menyinggung soal pertumbuhan pembiayaan yang dilakukan BPR/BPRS. Menurut dia mencapai 7,47 persen dari Rp1,05 triliun menjadi Rp1,13 triliun. DPK-nya juga tumbuh 30,29 persen, dari Rp867 miliar menjadi Rp1,12 triliun,.
Selain itu, kata dia, jumlah rekening DPK, mencapai 5.423.960 atau tumbuh 7,35 persen. “NPL juga menurun dari 3,27 persen pada September 2020 menjadi 2,55 persen pada September 2021,” ungkap dia.
Sedangkan dari sisi inklusi keuangan, kata dia, cakupannya sudah tinggi. Menurut dia mencapai 76,19 persen mengacu hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan yang dilakukan OJK pada 2019. Namun dari literasi, masih harus terus ditingkatkan karena masih 38,03 persen.
“Berdasarkan data tersebut masyarakat masih perlu ditingkatkan literasi keuangannya. Sehingga semakin mendorong penggunaan produk dan/atau layanan jasa keuangan,” katanya.
Untuk meningkatkan inklusi dan literasi keuangan dia juga mengungkapkan beberapa program unggulan yang sudah dilaksanakan. Khususnya di tiga wilayah di Mang Raya.
Dia contohnya di Kabuoaten Malang, ada program Simpanan Pelajar yang diikuti 593 SMPN dengan total 63.724 rekening naru. Itu dengan total outstanding hingga triwulan III/2021 mencapai Rp28,6 miliar.
Disamping itu ada program penyaluran KUR untuk petani. Program KUR Klaster Petani itu telah tersalurkan Rp4,2 miliar kepada 4 poktan/gapoktan. Di antaranya kelompok Tani Sumber Rejeki dari Desa Pujon dan Gapoktan Nakulo dar Desa Wonorejo.
Untuk di Kota Batu, kata dia ada Sistem Informasi Akses Keuangan Daerah Pemkot Batu dengan memanfaatkan teknologi informasi. Menurut dia, dia sebagai sarana memudahkan masyarakat dalam mendapatkan informasi layanan jasa keuangan di Kota Batu.
Misalnya, tentang Kredit Andalan Petani Bunga. “Nah itu hingga saat ini telah menyalurkan kredit total outstanding Rp3,48 miliar kepada 91 petani bunga,” jelas dia.
Di Kota Malang, kata dia, Program OJIR, yakni pembiayaan untuk melawan rentenir. Hingga triwulan III/2021, telah mencapai plafon Rp823,500 juta. Outstanding saat ini sebesar Rp512,549 juta dengan total nasabah 194 debitur dengan NPL 1,2 persen.
Menyikapi hal tersebut, Wali Kota Malang, Sutiaji, mengingatkan perlunya angka literasi keuangan masyarakat ditingkatkan. Alasannya, karena masyarakat yang menjadi korban dari praktik lembaga jasa keuangan ilegal akibat rendahnya tingkat literasi mereka.
”Saya pernah dilapori, ada orang yang ditawari berinvestasi. Pada awalnya hasil realisasinya lancar dan menggiurkan. Tapi bulan-bulan setelahnya imbal hasil tidak ada, bahkan dananya hilang. Ada lagi warga Malang yang memilih bunuh diri karena terjerat kredit dari Pinjol,” ungkapnya.
Karena itu, dia dan Wali Kota Dewan serta Bupati Sanusi berharap selain inklusi keuangan, literasi masyarakat soal perbankan juga ditingkatkan. Sehingga masyarakat memahami dan kesejahteraan mereka juga meningkat. (@ji)
Leave a Reply