GRESIK (SurabayaPost.id)–Beredar foto di sejumlah Group WhatSapp atau WA pesanggrahan milik Nur Hudi Didin Arianto alias Ki Ageng Nur Hudi di Desa Jogodalu Kecamatan Benjeng, Gresik di tutup pihak kepolisan.
Penutupan tempat ritual pernikahan Manusia dan Kambing yang sempat membuat geram Bupati Gresik Fandi Akhamd Yani itu atas desakan masyarakat karena dianggap telah andil besar menciptakan keresahan masyarakat luas.
Salah satunya yang mendesak agar pesanggarahan milik Nur Hudi yang merupakan anggota DPRD Gresik Fraksi NasDem itu adalah GP Ansor Kabupaten Gresik. Desakan agar pesanggarahan itu ditutup disampaikan oleh Abdul Rohim Ketua GP Ansor saat melakukan aksi demo di Gedung DPRD Kota Santri
“Menurut informasi yang kami terima dari teman-teman Ansor diwilayah Benjeng. Pesanggrahan milik saudara Nur Hudi kerap membuat keresahan. Maka kami meminta agar pihak yang berwenang segera menutupnya. Nanti sahabat Ansor dari Benjeng bisa menyampaikan kepada pimpinan DPR agar ditindaklanjuti oleh DPR karena ini menyangkut ketentraman masyarakat sekitar pesanggarahan,” kata Abdul Rohim saat demo terkait kasus pernikahan Manusia dengan Kambing di pesanggrahan milik Nur Hudi, Kamis (9/6).
Diceritakan sebelumnya, pernikahan tak wajar itu, disaksikan dan dihadiri oleh Ketua Badan Kehormatan (BK) DPRD Gresik Muhammad Nasir yang merupakan satu Fraksi dengan Nur Hudi. Selain itu ritual yang diakui oleh pengantin pria Saiful Arif (45) itu untuk menjaga Indonesia dari perpecahan juga dihadiri sejumlah tokoh, pejabat serta ulama dan masyarakat sekitar.
“Iya benar, itu pernikahan saya,” ucap Saiful Arif kepada wartawan, sebelum ritual pernikahan aneh itu dikecam banyak pihak.
Bahkan, lelaki yang mengaku dirinya Satrio Paningit ini menilai. Pernikahannya itu, dilakukannya untuk menjaga dan mempersatukan Bumi Nusantara dan Bumi Pertiwi.
“Biar alam semesta ini terjaga, itu alasan saya melakukan pernikahan ini,” katanya.
Ia menceritakan pernikahan itu dilakukan, setelah setahun lalu dirinya mengaku dapat petunjuk untuk menikahi Sri Rahayu (seekor kambing). Tujuannya agar Indonesia tidak ada adu domba atau dan diadu domba oleh negara lain.
“Saya harap semua harus bersatu, menjaga Indonesia, membuat semesta ini menjadi damai dan sejahtera. Pernikahan ini, sebagai bentuk rasa cinta kepada Indonesia,” tandasnya.
Sementara itu, Ki Ageng Gus Nur Hudi mengatakan bahwa pernikahan antara Satrio Paningit dengan seekor kambing bukanlah perkawinan biologis atau fisik. Namun, hanya sebagai bentuk ritual perkawinan unsur alam semesta.
“Dengan pernikahan ini, diharapkan alam semesta atau jagad selaras energinya,” kata Hudi
Menurut dia, pernikahan tersebut sebagai salah satu bentuk keprihatinan dan rasa cinta kepada Ibu Pertiwi.
“Kami sebagai spritualis nusantara, tanpa sedikitpun mengurangi kemuliaan sebagai manusia,” tukasnya.
“Ritual pernikahan itu sebagai upaya agar Indonesia damai dan tentram. Kami melihat energi semesta dan leluhur kami sangat senang melihat ritual ini,” ungkapnya.
Ritual pernikahan itu diharapkan tidak membuat masyarakat salah paham dan menafsirkan yang negatif.
“Jadi, Itikad kami semata-mata untuk mendoakan Indonesia tercinta supaya damai, rukun, dan sejahtera,” tutupnya.
Leave a Reply