Museum HAM Munir di Kota Batu Mangkrak, Suciwati Merasa Dipingpong 

Foto Suciwati (Ist)
Foto Suciwati (Ist)

BATU (SurabayaPost.id) –  Pengembangan Museum HAM (hak asasi manusia) Munir di Kota Batu jalan mangkrak, kewajiban Pemkot Batu menetapkan tenaga ahli pengelolaan museum di pertanyakan.

Pertanyaan tersebut disampaikan pengelola Yayasan Museum HAM Omah Munir, Suciwati yang notabene istri mendiang Munir Said Thalib, Senin (5/6/2023).

“Pada 28 November 3022, Yayasan Museum HAM Omah Munir telah menandatangani kesepakatan bersama (KSB) dan perjanjian kerja sama (PKS) dengan Pemerintah Kota Batu terkait pengelolaan Museum HAM Munir Kota Batu,” papar Suci.

Itu, papar dia,lingkup kerjasama tersebut meliputi penyediaan tenaga ahli,penyusunan rencana pengembangan dan isi museum, penyelenggaraan pameran, dan pelaksanaan kegiatan di museum.

“Sesuai dengan PKS yang telah ditandatangani,Yayasan MHM memiliki kewajiban untuk menyediakan tenaga ahli, menyusun rencana pengembangan museum, dan memberikan dukungan dalam pembelajaran HAM, dan promosi wisata pendidikan HAM,”ujarnya.

Sementara,ujar dia,Pemerintah Kota Batu memiliki kewajiban untuk menetapkan tenaga ahli dalam pengelolaan museum, melaksanakan pengelolaan museum, menetapkan rencana pengembangan, dan penyelenggaraan kegiatan eksibisi dan pembelajaran HAM.

“Yayasan MHM telah memenuhi kewajiban yang telah disampaikan dalam kesepakatan tersebut,tetapi sampai sekarang belum mendapat kejelasan tentang bagaimana langkah-langkah pengembangan museum dilakukan,” tanya dia.

Selain itu, disebut pembangunan fisik yang telah dimulai sejak tahun 2022 telah menghadirkan bangunan museum sesuai rancang bangun, tetapi pengembangan isi museum, menurutnya sampai sekarang tetap belum terlaksana. 

“Bangunan museum yang telah jadi tetap belum dimanfaatkan sesuai dengan rencana.Alih-alih mempercepat kerjasama pengembangan dan operasionalisasi “Gedung Museum” Pemerintah Kota Batu justru melakukan kegiatan – kegiatan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya sebagai Museum HAM,”tandasnya.

Kembali pada penandatangan MoU dan dilanjutkan dengan PKS antara Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu, dan Yayasan Museum Munir pada November tahun lalu, menurut Suci harusnya, itu menjadi kekuatan untuk segera mengisi di Museum Ham Munir, namun sampai sekarang belum terjadi.

“Padahal kita sudah mengirimkan kurator, rencana kita membuat wahana pendidikan Ham untuk anak, itu selalu diberi alasan susahnya pencairan dana,tentu saja kita tidak mengerti soal yang ada di internal Pemkot, atau Pemprov, tapi itu yang harus dijelaskan kepada publik,” terangnya.

Terlebih, terang dia, sudah sekian bulan tidak ada kemajuan apapun, sementara pihak Disparta sendiri sudah membelanjakan uang untuk Museum Ham Munir tanpa komunikasi dengan dirinya.

“Sudah membelanjakan uang untuk Museum Ham Munir, tanpa komunikasi dengan saya, dan itu sudah keluar uang Rp 2 miliar lebih, dan kami tidak mau kalau nantinya kami yang harus bertanggung jawab,” tegasnya.

Lantas, tegas dia,sama sekali tidak terkait dengan pembagunan yang berupa isi yang akan diberikan kepada publik.

“Itu, yang jadi pertanyaan kami, dan mereka bisa meminta uang dibelanjakan lewat e-katalog,kalau itu tidak sesuai dengan apa yang kita kirimkan soal bagaimana proposional wahana pendidikan Ham untuk anak,” ujarnya.

Kemudian,ia berujar e-katalog tersebut, sangat terbatas dan pihaknya  mempertanyakan itu.

“Siapa saja sebetulnya,itu juga kami gak paham, yang pasti kami merasa selalu di pingpong , ketika menanyakan.Dilempar ke Kadisparta, dan kepihak keuangan Kota Batu, dan disuruh lagi untuk menanyakan itu kepihak Provinsi,” lanjutnya.

“Itu, kami tidak mau diperlakukan seperti itu, sementara kegunaan di Museum itu sendiri berbeda dengan fungsi yang diamanatkan, karena itu untuk menyimpan Gending-gending, dan alih fungsi,”seru Suci.

Ini, menurutnya, dirinya tidak mengerti,demikian pihaknya selalu berkomunikasi dengan pemerintah Kota Batu.

“Dalam hal ini,Museum Ham ini dibawah Disparta Kota Batu, tentu kita koordinasi dengan Disparta, dan kami punya WhatsApp Group dengan mereka, tapi pertanyaan-pertanyaan kami kerap digantung dan sebagainya,” tambahnya.

“Kami juga kerap komunikasi dan diskusi inten dengan Pak Aries, Pj Walikota Batu, ketika mengirimkan rilis, dan nex mau mensomasi, beliu bilang siap ,dan menyarankan berkomunikasi dengan pihak pemerintah kota,” ujarnya.

Terkait hal ini,harapannya ingin menindaklanjuti sebagian tangung jawab dirinya sebagai pengelola di Museum Ham.

“Supaya tidak mangkrak,dan Museumnya tidak kotor. Tragisnya ,  fungsi dialihkan yang lain,dan pihaknya bilang daripada kosong lebih – baik diisi, kalau saya lebih baik disegerakan saja rencana awal yang kami berikan,”mintanya.

Soal wahana pendidikan anak , menurutnya masih banyak yang akan diberikan.

“Harapan kami jelas,termasuk proposal yang sudah kami kirimkan itu, tentu agar publik segera menikmati, apa yang mau di edukasikan pada publik tentang pendidikan ham anak,” timpalnya.

Sementara Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu Aries As Sidiq  menyampaikan saat ini sedang koordinasi dengan pimpinan terkait hal tersebut.

“Ini, akan koordinasi dengan para pimpinan terkait hal tersebut.Hari ini akan kami koordinasikan di Pemkot bersama pimpinan,”ucap Arief melalui sambungan ponselnya.(Gus) 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.