Pemkot Malang, Bangun Konsep Atasi Banjir Dengan Melibatkan Akademisi

FGD membahas berbagai permasalahan drainase di Kota Malang
FGD membahas berbagai permasalahan drainase di Kota Malang

MALANG KOTA – Pemerintah Kota (Pemkot) Malang, membangun konsep mengatasi banjir dengan melibatkan akademisi dari Universitas Brawijaya Malang. Langkah ini mendapat apresiasi dari guru besar Fakultas Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Prof.Dr.Ir. Muhammad Bisri, MS.

Dalam Forum Group Diskusi (FGD), membahas berbagai permasalahan drainase yang teridentifikasi di lima kecamatan, pemkot Malang melibatkan tim ahli penyusunan masterplan drainase dari Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FTUB) di Auditorium lt.5 Teknik Pengairan UB, Sabtu (23/4/2022).

Prof. Muhammad Bisri, mengatakan hambatan dan tantangan banjir salah satunya, adalah saluran tertutup yang sulit dilakukan pemeliharaan, alih guna lahan untuk resapan air menjadi permukiman, perubahan iklim yang berindikasi pada curah hujan yang sangat tinggi dan tidak menentu.

“Hambatannya adalah saluran tertutup yang sulit dilakukan pemeliharaan, alih guna fungsi lahan untuk resapan air menjadi permukiman, perubahan iklim yang berindikasi pada curah hujan yang sangat tinggi dan tidak menentu”, ujar Prof Bisri.

Data komparatif 10 tahun terakhir, yakni 2000 dan 2020 yang dipaparkan tim ahli secara gamblang menunjukkan perkembangan area terbangun. Utamanya di sisi utara, timur laut, tenggara dan barat daya Kota Malang. Hal tersebut menjadi konsekuensi logis naiknya penduduk kota dari 756 ribu menjadi 843 ribu pada periode yang sama.

Sementara itu, data BMKG Karangploso juga mengindikasikan kenaikan intensitas hujan hingga 23 persen. Yakni dari 1.980 mm/tahun (2000) menjadi 2.567 mm/tahun (2020) yang tercatat di Stasiun Klimatologi Sukun dan 1.852 mm/tahun menjadi 2.303 mm/tahun sebagaimana tercatat pada Stasiun Klimatologi Ciliwung.

Para camat yang dihadirkan dalam diskusi tersebut, turut menyampaikan aspirasi yang dikumpulkan dari pengamatan kondisi terkini dan masukan masyarakat.

Camat Lowokwaru Joao Maria Gomes De Carvalho, SIP menjelaskan kondisi eksisting permukiman di wilayahnya sangat padat, sehingga menyumbang genangan yang signifikan karena resapan air sangat kurang. Selain itu pembersihan saluran yang banyak sedimen juga tidak mudah karena ada diantara bangunan.

“Prinsip kami siap membantu setiap saat”, ujarnya.

Sementara itu Camat Klojen, Drs. Heri Sunarko, M.Si mengungkapkan sejumlah temuan titik genangan baru kepada tim ahli. Titik genangan itu terdapat di Jalan Ijen (dekat gereja), Kelurahan Oro-oro Dowo, Jalan Malaka, dan Jalan Sempu.

“Satgas kami setiap hari selalu keliling memantau”, terang Heri.

Foto Bersama: FGD membahas berbagai permasalahan drainase di Kota Malang
Foto Bersama: FGD membahas berbagai permasalahan drainase di Kota Malang

Ketua Tim Ahli FTUB Dr. Runi Asmaranto, ST, MT memastikan pihaknya akan menindaklanjuti dalam agenda pemetaan detil oleh beberapa tim yang diterjunkan pasca idulfitri.

“Kami akan segera bagikan PIC (Person In Charge) tiap kecamatan yang kontak untuk akan menghimpun data dan informasi dan rencana kerja survey pasca lebaran”, terang Runi.

Senada, Kepala Dinas PUPRPKP, Ir. Diah Ayu Kusumadewi, MT mengharapkan tim surveyor dan jajaran Kecamatan dapat bersinergi dengan baik sehingga pemetaan masalah dapat dirampungkan tak lama selepas idul fitri.

“Menyampaikan kembali harapan Bapak Wali Kota. Banyak yang insyaallah coba diselesaikan bersama lewat masterplan ini,”pintanya.

Ia juga meminta agar tim inventarisir kondisi eksisting, perhitungan kebutuhan drainase dengan mempertimbangkan tata ruang, plotting dan mapping peta detil, sampai indikasi program dan anggaran penataan berbasis Daerah Aliran Drainase (DAD) menuju zero genangan 2028. (*)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.