MALANGKOTA (Surabaya Post.id) – Dinas Ketahanan Pangan (Dispangtan) Kota Malang menyebut luas lahan pertanian produktif di Kota Malang tersisa 803 hektar. Guna memaksimalkan ketahanan pangan, Pemerintah Kota (Pemkot) Malang kini menyasar untuk menggalakkan program urban farming.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang, Slamet Husnan, menjelaskan bahwa para pelaku urban farming akan mendapatkan beberapa bantuan.
“Penguatan urban farming di tahun ini akan memberikan bibit tanaman cabai lagi, kemudian satu set pertanian dengan sistem perkotaan, yaitu dengan membuat mini food terintegrasi. Artinya, ada kegiatan urban farming secara hidroponik, ada peternakan dan perikanan,” paparnya ditemui di kegiatan Penyusunan Program Penyuluhan Pertanian, Rabu (15/2/2023).
Saat ini hampir seluruh kelurahan di Kota Malang telah memiliki pelaku urban farming. Dispangtan pun secara rutin menggalakkan lomba urban farming demi memaksimalkan ketahanan pangan di Kota Malang.
“Kemarin yang kita ikutkan lomba di masing-masing kelurahan ada perwakilan, jadi ada 57 kelurahan. Tapi yang di luar lomba juga masih banyak pelaku urban farming, hampir seluruh kelurahan ada. Kemarin yang juara ada di kelurahan Lesanpuro,” imbuhnya
Tak hanya bagi pelaku urban farming, Dispangtan Kota Malang juga memfasilitasi untuk memberikan bantuan kepada petani di bidang pertanian.
“Di kegiatan pertanian tanaman pangan padi, kami memberikan fasilitasi benih padi, jagung, sarana prasarana, seperti mesin traktor, kemudian ada power weeder, kemudian jaring untuk melindungi bulir-bulir padi agar tidak rusak oleh burung, juga pemberian racun tikus. Ini akan kita lakukan terus menerus dan berkelanjutan di setiap tahunnya,” tutur Slamet.
Sementara itu, Wali Kota Malang Sutiaji juga menyinggung terkait usulan pemberian insentif terhadap lahan pertanian. Sekaligus dengan pemberian subsidi kepada para petani.
“Subsidi pertanian ada pupuk, traktor, bantuan alat-alat lainnya, dan benih juga. Tadi kita usulkan pemberin insentif, jadi lahan yang dilindungi nanti ada insentifnya,” tutur Sutiaji.
Sutiaji juga menuturkan bahwa terdapat keluhan dari para petani terkait penurunan harga gabah kala panen raya. Ia pun akan meminta pemerintah pusat untuk memberikan standarisasi harga pasar sehingga tidak merugikan petani.
“Keluhan dari petani itu rata-rata ketika panen raya, harga gabah itu kan turun. Nah kalau itu kan bukan kebijakan kami. Kami sekadar mengusulkan kepada Pemerintah Pusat untuk harus ada standarisasi masalah harga pasar,” lanjutnya.
Tak hanya itu, untuk menguatkan ketahanan pangan di Kota Malang khususnya di bidang pertanian, kolaborasi sangatlah diperlukan. Ia akan menggandeng berbagai pihak supaya tercipta berbagai inovasi teknologi.
“Tentu kami harapkan ada inovasi teknologi yang masuk sehingga kemampuan produksi semakin bagus. Ini nanti saya meminta agar dikumpulkan para penyuluh. Terus nanti kita jalin kerjasama dengan perguruan tinggi, terutama perguruan tinggi yang punya fakultas ilmu pertanian, terutama padi,”tandasnya. (*)
Leave a Reply