MALANGKOTA (SurabayaPost.id) – Sapa warga Jalan S Supriyadi gg IX a no 48.RT 07 RW 04, Kecamatan Sukun Kota Malang, calon wakil walikota Malang nomor urut 3 H. Dimyati Ayatulloh Disambut ratusan pendukungnya.
Pada kesempatan tersebut, Dimyati menyampaikan pandangannya terkait pembangunan Kota Malang dan pentingnya kesinambungan kepemimpinan untuk menjaga kelanjutan program-program unggulan. Menurut Dimyati, jika Walikota terpilih bukan Abah Anton, nasib 15 kampung tematik yang telah dikembangkan berisiko terbengkalai dan kehilangan arah.
Dimyati didampingi ulama setempat Ustadz Mahyudin menekankan bahwa pembangunan kampung tematik yang ada di Daerah Aliran Sungai (DAS) seperti kampung warna tidak bisa sepenuhnya mengandalkan dana APBD. Hal ini memerlukan pemimpin yang memiliki visi dan jaringan kuat untuk menarik sumber dana alternatif.
“Kita butuh sosok pemimpin yang memahami betul dinamika pembiayaan seperti Abah Anton. Jika tidak, program yang sudah ada bisa mandek. Abah Anton dan saya akan mendatangkan CSR untuk membiayai kota Malang,” tegasnya.
Pada kesempatan yang sama Ia juga mengingatkan bahaya praktik politik uang, yang kerap menjadi ancaman dalam proses demokrasi. Menurut Dimyati, penggunaan sembako atau amplop sebagai alat politik merusak esensi pemilu yang seharusnya bersih dan adil.
“Pemimpin yang lahir dari cara-cara semacam itu cenderung membawa kebijakan yang tidak pro-rakyat,” ucapnya.
Disampaikan Dimyati juga bahwa komitmen untuk mendukung masyarakat tidak boleh dipolitisasi, terutama dalam hal program sosial dan kegiatan keagamaan. Ia mengapresiasi inisiatif seperti Kampung Al-Qur’an, yang harus tetap berjalan terlepas dari hasil Pilkada.
“Apapun hasilnya, komitmen untuk kegiatan keagamaan harus terus ada,” ujarnya sambil menegaskan bahwa tujuan yang lebih besar adalah keberlanjutan manfaat bagi masyarakat luas.
Dalam suasana politik yang memanas, Dimyati mengimbau agar warga tetap kuat dan tidak terpengaruh oleh berita palsu dan fitnah.
“Mari kita perkuat iman kita dan tetap fokus pada kemajuan Kota Malang,” katanya mengakhiri pidatonya.
Cita-Cita untuk Malang Sebagai putra asli Malang, Dimyati Ayatulloh menutup dengan menegaskan bahwa cita-citanya adalah membawa kota ini menuju kemajuan yang berkelanjutan.
“Malang harus dipimpin oleh mereka yang mengerti akar dan jiwa kota ini. Abah Anton memiliki visi itu, dan kita perlu memastikan program yang telah terbukti berhasil tidak terhenti di tengah jalan,” ucap Dimyati.