
MALANGKOTA (SurabayaPost.id) – Universitas Brawijaya (UB) Malang menjadi tuan rumah The 71st TEFLIN International Conference yang diselenggarakan bersamaan dengan The 5th ICEL, The 5th ICOLLEC, dan The 2nd ISIALING pada Rabu, 8 Oktober 2025.
Konferensi yang digelar mulai Rabu 8 hingga Jumat 10 Oktober 2025 ini mempertemukan lebih dari 640 peserta dari dalam dan luar negeri untuk membahas transformasi pembelajaran bahasa Inggris di era kecerdasan buatan (AI).
Tema konferensi kali ini menyoroti peran AI dalam meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Inggris. “Teknologi bisa berdampak positif maupun negatif, tergantung penggunaannya. Melalui konferensi ini, kami ingin menyoroti sisi positif AI agar dapat dimanfaatkan secara bijak dalam dunia pendidikan,” ujar Presiden TEFLIN, Prof. Dra. Hj. Utami Widiati, M.A., Ph.D.
Konferensi ini juga menjadi momentum penting dalam menyambut kebijakan nasional baru, yakni penerapan Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib untuk siswa SD mulai kelas 3 pada tahun 2027. “Kami bersama Kementerian Pendidikan terus menyiapkan modul, bahan ajar, serta pelatihan bagi guru agar siap menghadapi kebijakan baru tersebut,” jelas Prof. Utami.
Ketua Pelaksana TEFLIN 2025, Prof. Dr. Zuliati Rohmah, M.Pd., mengungkapkan bahwa FIB UB telah mempersiapkan konferensi ini hampir satu tahun penuh. “Informasi kami sebarkan sejak awal tahun melalui jaringan asosiasi guru dan dosen bahasa Inggris di seluruh Indonesia. Antusiasme sangat tinggi, bahkan ada 37 pembicara internasional dari berbagai negara,” tuturnya.

Ditempat yang sama, Dekan FIB UB, Sahiruddin, S.S., M.A., Ph.D menerangkan, para pendidik khususnya di mata pelajaran bahasa inggris, akan menceritakan pengalamannya dalam pembelajaran.
“Ini peserta dari berbagai daerah dan negara. Tentu banyak hal yang menjadi beragam permasalahan dan tantangan. Salah satunya, tentang sarana pra sarana dalam kebutuhan koneksi internet,” jelasnya.
Sejumlah sarpras dalam pembelajaran, lanjut Dekan, tentunya menjadi bagian penting pembahasan. Mengingat, pada daerah daerah tertentu, masih berbeda dengan di perkotaan terkait keterjangkauan koneksi internet.
Sementara Wakil Rektor Bidang Akademik UB, Prof. Dr. Ir. Imam Santoso, MP, menyatakan dukungan penuh terhadap pelaksanaan TEFLIN 2025. “Ini bukan sekadar konferensi, tetapi juga wadah publikasi ilmiah yang kolaboratif dengan jurnal-jurnal terindeks internasional. UB sangat mendukung kegiatan bereputasi seperti ini,” tegasnya.
Dengan demikian, konferensi ini diharapkan dapat menjadi wadah penting bagi para pendidik dan peneliti untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Inggris di era digital. (lil).