MALANG (SurabayaPost.id) – Mediasi konflik kuota Jeep Bromo yang berlangsung di Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BTNBTS) buntu. Sebab pertemuan yang dimulai pukul 13.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB itu berlangsung alot dan tidak membuahkan kesepakatan dari kedua belah pihak.
Kepala BB TNBTS, John Kennedie membenarkan hal tersebut, Rabu (26/6/2019). Menurut dia, mediasi yang dilakukan itu belum menghasilkan kesepakatan dari pihak yang berkonflik.
Dijelaskan dia bila dalam mediasi tersebut, pihak Perkumpulan Jeep Wisata Malang Raya sempat meminta penambahan kuota Jeep yang beroperasi dari jumlah sebelumnya. Sementara dari pihak Paguyuban Jeep 4×4 BTS Tumpang, hanya bisa menyanggupi penambahan kuota yang diminta sebanyak empat Jeep.
Namun penambahan itu pun tidak berlaku setiap hari. Penambahan kuota itu diminta hanya pada hari Sabtu dan Minggu.
“Pihak Jeep Malang Raya memang meminta tambah. Namun dari Jeep Tumpang hanya menyanggupi penambahan empat. Sehingga belum ada titik temu dan kesepakatan,” paparnya.
Karena itu, pihaknya saat ini juga akan kembali melakukan koordinasi. Itu kata dia sembari menunggu surat balasan dari Dirjen perihal permasalahan pembagian kuota Jeep yang diperdebatkan dua paguyuban tersebut.
Pihaknya sendiri juga memberikan waktu selama seminggu untuk kedua belah pihak kembali berkoordinasi. “Mudah-mudahan nanti segera ada solusi yang anteng dan adem, untuk sementara ya sesuai itu dulu (kuota sebelumnya disepakati),” harapnya.
Di sisi lain, Kuasa Hukum, Perkumpulan Jeep Wisata Malang Raya, Yayan Riyanto menjelaskan, jika mediasi tersebut berjalan alot. Pihak Paguyuban Jeep Tumpang kata dia masih tetap ngotot untuk memberikan kuota 21 jeep. Mereka pun hanya mau ada penambahan kuota empat Jeep pada Sabtu dan Minggu.
“Namun penambahan tersebut mereka juga belum bisa menerima, alasannya karena jumlah anggota Jeep mereka juga banyak. Tetap ngotot memberikan 21 itu. Tapi harapan saya minimal bisa ditambah separo dari anggota Jeep Malang Raya,” jelas Yayan.
“Kuota penambahan separo dari anggota Jeep Malang Raya juga sudah disampaikan, namun mereka tetap nggak mau,” tambahnya
Lebih lanjut dijelaskannya, jika berbicara masalah wisata Bromo, tentunya tidak hanya berbicara Tumpang saja. Namun terang dia juga harus berbicara Malang.
Sedangkan Malang ini kata dia luas, jika hanya difokuskan ke Tumpang saja. Hal itu kata dia tentu menjadi sebuah masalah.
“Kan ada Pujon juga, kalau hanya difokuskan ke Tumpang kan nggak bisa. Untuk sementara kita slowdown dulu dengan kesepakatan kuota 21 sebelumnya, sambil koordinasi lagi,” jelasnya.
Apalagi, lanjut Yayan, Jeep Malang Raya tidak pernah mengambil penumpang di Tumpang. Sebab mereka mengambil di kota. Sehingga dari situ, ia merasa hal itu tidaklah merugikan pihak Paguyuban Jeep Tumpang.
“Sudah ada rezekinya masing-masing. Intinya kita tidak mencari penumpang dari Tumpang. Namun mereka keberatan, karena anggota banyak, kemudian ketambahan Paguyuban Malang Raya yang datang sedikit. Sehingga mereka berkurang penumpangnya. Namun kita ini kan mencari rezeki di tempat lain, kemudian dibawa ke sana jadi tidak mengurangi jatahnya orang tumpang,” pungkasnya. (lil)
Leave a Reply