GRESIK (SurabayaPost.id)—Pendemi Covid-19 yang ditetapkan oleh pemerintah sejak bulan Maret lalu telah mengganggu hubungan sosial masyarakat, ekonomi bahkan berdampak kepada mental hingga menimbulkan kepanikan masyarakat. Tidak sedikit warga yang melawan dan bahkan membawa paksa jenazah keluarganya dari rumah sakit akibat karena hendak dimakamkan secara protokol Covid-19 oleh pihak rumah sakit.
Akibat banyaknya kejadian tersebut salah satu tokoh warga masyarakat Gresik bernama Thohirin membuat gerakan melawan dan menolak sodoran tanda tangan dari rumah sakit jika ada keluarganya yang sakit kemudian meninggal dan rumah sakit minta agar dimakamkan secara protokol Covid-19. Thorin secara blak blakan mengumumkan idenya itu melalui akun facebooknya.
DI KABUPATEN GRESIK APA SUDAH ADA KELUARGA DUKA , PEGIAT / AKTIFIS / TOKOH MASYARAKAT YG BERHASIL MENOLAK PENANDATANGANAN SURAT YG DISODORKAN OLEH PETUGAS RUMAH SAKIT UNTUK PEMAKAMAN SECARA PROTOKOLER COVID 19 ? PADAHAL YG MENINGGAL ITU BELUM TENTU KARENA CORONA . #AYOBERANIUNTUKKETENTRAMANWARGA
Ungghan bernada menolak bagi pasien yang meninggal dimakamkan secara protokol Covid dari RS itu untuk menciptakan rasa aman warga. Karena menurut pengamatannya saat ini hak tersebut sangat meresahkan.
“Lbh Idhang Hakim Yustisia, lo ini nyata dari petugas Rumah sakit menyodorkan kertas untuk ditanda tangani persetujuan oleh keluarga dimakamkan secara PROTOKOLER covid 19 , padahal Almarhum sudah lama sakit komplikasi,” ungkap Thohirin yang menjawab komentar aku FB bernama LBH Idhang Hakim Yustisia yang mengomentari statusnya di FB. Karena menurut Lbh Idhang Hakim Yustisia Niatan untuk merekayasa agar yang meninggal karena sakit agar di anggap sebagai akibat corona rasanya kok nggak mungkin ada ya…..semua ini ya karena saking takutnya dan rasa hati hati saja, katanya.
Mantan anggota DPRD Gresik dari Fraksi PDI ini juga menjelaskan bahwa dia juga sudah melakukan penolakan tanda tangan dari sebuah rumah sakit yang hendak memakamkan keluarga korban dengan protokol. Padahal pasien yang meninggal ini bukan karena Covid. “Kemarin malam Aku sendirian yg menolak surat dari salah satu rumah sakit ( maaf tidak saya sebutkan nama RS nya ) , dan ALKHAMDULILLAH berhasil,” tandasnya.
Ia meminta rumah sakit dan pemerintah jujur menghadapai pandemi Covid. Karena masyarakat resah dengan kondisi saat ini, karena kesimpangsiuran informasi membuat masyarakat terkadang nekat mengambil kerabatnya yang meninggal karena tiba tiba jadi PDP lalu dimakamkan dengan protokol Covid. Banyak warga yang kebingungan dan panik akibat ketidak transparan penanganan pasien di rumah sakit.
“Masyarakat harus terayomi dengan kondisi pandemi seperti saat ini caranya semuanya harus jujur. Positif covid atau tidak masyarakat tidak tahu. Tetapi mereka akan memegang penyakit pertama yang dia ketahui. Apalagi pasien yang sudah berumur senja, makanya pihak rumah sakit dan pemerintah harus jujur agar keresahan yang sudah merusak tatanan sosial dan ekonomi ini berkahir,” pungkasnya.
Status Thohirin itu mendapat dukungan dari salah satu akun FB bernama Pegel Jadi Kuli. Dia mengaku jika kejadian tersebut memang ada dan sekarang menimbulkan kepanikan masyarakat sehingga menurutnya gerakan yang dilakukan Thohir in itu sudah tepat dan perlu didukung.
“Bener cak Thohirin klo blm pernah liat sndiri memang sulit percaya. Info dr teman ada seorang imam yg meninggal daerah leran. Mau dikubur secara protokoler. Tp keluarga gk mau dan remajanya disana jg menolak. Krn memang semua tau riwayat penyakitnya. Coba sampean cari infonya sndiri. Itu sekedar info yg saya tau,” ujarnya mendukung Thohirin.
Sebelumnya Wakil Ketua Komisi lll DPRD Gresik, Muhammad Syahrul Munir juga mempersoalkan dan mengungkapkan ketidakberesan dan berbagai kejanggalan dalam proses pemakaman jenazah yang diklaim sebagai positif Covid-19.
Alumni Jurusan Cultural Studies di Sorbonne University of Paris ini melalui orang dekatnya sekaligus saksi saat ia memberikan penghormatan terakhir atas pemakaman jenazah Kapiyah (60) warga Desa Tanggulrejo, Kecamatan Manyar, Jumat (19/6).
Syahrul, membeberkan, jika Kapiyah yang merupakan tetangganya itu sesungguhnya hanya menderita sakit infeksi paru-paru. Bahkan, setelah dirapid test hasilnya nonreaktif. “Yang membuat emosi jiwa saya membuncah, mengapa Mak Yah harus di PDP kan?,” ucap Syahrul menanyakan keganjilan yang selama ini selalu terjadi ditengah tengah masyarakat.
Leave a Reply