MALANGKOTA (SurabayaPost.id) – Ungkapan apresiasi dan decak kagum tidak henti-hentinya disampaikan oleh jajaran Tim Panel Independen Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2023 kepada Kota Malang. Pasalnya inovasi metode Belajar Menarik Bersama Siswa Istimewa (Jarik Ma’Siti) besutan SMP Negeri 10 Kota Malang yang kala itu dipresentasikan oleh Walikota Malang, Drs. H. Sutiaji sukses membuat panelis terkesima.
Jarik Ma’Siti sendiri telah terpilih sebagai Top 99 dari total 2.135 inovasi di seluruh Indonesia tahun ini. Guna menuju Top 45 Inovasi Pelayanan Publik 2023, Jarik Ma’Siti harus melalui tahapan presentasi dan wawancara ini.
Mendapat pujian dari panelis, tidak membuat Walikota Sutiaji berpuas diri. Ia justru merendah dan mengucap bahwa segala jerih yang dilakukan jajaran Pemerintah Kota Malang termasuk para guru inovator adalah upaya untuk memberikan pendidikan yang setara, berkeadilan, dan tanpa diskriminan termasuk bagi siswa istimewa atau berkebutuhan khusus.
“Bahwa kita adalah ciptaan Tuhan yang luar biasa, sebaik-baiknya ciptaan. Termasuk jika orang melihat ada anak yang mempunyai kekurangan, tapi justru dibaliknya ini mempunyai keistimewaan yang perlu kita gali bersama. Maka perlakuan yang sama kita kedepankan, termasuk dalam pembelajaran. Syukur Alhamdulillah guru-guru kita bisa memahami maksud ini, dan diterjemahkan lewat Jarik Ma’Siti,” ucap Walikota Sutiaji, Jumat (07/07/2023) di Ngalam Command Center, Balai Kota Malang.
Menurutnya, membuka kesempatan yang sama bagi anak istimewa untuk bersekolah di sekolah reguler menjadi bentuk dukungan untuk tumbuh kembangnya. Sehingga mereka memiliki interaksi sosial dengan siswa reguler, dengan harapan dapat memotivasi anak istimewa untuk semakin cakap dan eksis di lingkungan yang sama.
”Ketika anak istimewa di sekolah khusus (Sekolah Luar Biasa, red) maka secara psikologis anak dan orang tua akan terpengaruh karena mereka merasa di sekolah yang berbeda dan proses pembelajaran kurang menyenangkan. Alhamdulillah Jarik Mak Siti ini menjadi solusi, tujuannya mengoptimalkan kemampuan anak istimewa sehingga mampu menampilkan eksistensinya sebagai individu yang cakap dan mandiri,” terangnya.
Ia juga menjelaskan bahwa ini menjadi sejalan dengan visi misi Kota Malang dalam meningkatkan akses dan kualitas pendidikan maupun pada misi mewujudkan kota yang rukun dan toleran berazaskan keberagaman dan keberpihakan terhadap masyarakat rentan.
Nampak mendampingi Walikota Sutiaji, Sekretaris Daerah Kota Malang, Erik Setyo Santoso beserta jajaran serta Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Suwarjana dan
Kepala Perangkat Daerah terkait. Tidak hanya itu, paket lengkap ikut disodorkan Walikota Sutiaji dalam pemaparannya. Tidak hanya menyampaikan materi, ia juga menghadirkan Dra. Kusiyah (guru inovator), guru pengajar, dua siswa yang berhasil berkat metode Jarik Ma’Siti, dan orang tua siswa. Diskusi berjalan dengan begitu cair saat Walikota Sutiaji mempersilakan Tim Panel berinteraksi dengan Rafa, siswa yang berhasil dalam metode pembelajaran ini.
“Alhamdulillah dari hasil IQ kemarin ada beberapa aspek yang kurang mendukung. Tapi semenjak ada bimbingan dari Jarik Ma’Siti di sekolah kami akhirnya aspek-aspek tersebut lama-lama meningkat dan berhasil terpenuhi. Seperti aspek pemahaman pada matematika, aspek kurang percaya diri saat tampil di depan kelas. Nilai saat kelas VII baru masuk itu 80 atau bisa kurang dari 70, setelah bimbingan Jarik Ma’Siti bisa lebih dari 90” terang Rafa secara mantap saat berdialog dengan panelis.
Sontak jawaban Rafa disusul oleh decak kagum dan tepuk tangan para panelis. “Pak Walikota saya ingin mengucapkan selamat dan terharu banget. Karena saya itu mengimpikan ini terjadi di Indonesia. Karena selama ini hanya terjadi di sekolah swasta dan tidak banyak. Jadi ini keren banget,” ucap Ir. Neneng Meity Goenadi, M.B.A salah satu panelis pada diskusi tersebut.
Sebagai informasi, Jarik Ma’Siti sendiri merupakan inovasi metode pembelajaran adaptif bagi siswa istimewa pada sekolah reguler/non inklusi seperti SMPN 10 Kota Malang. Pengembangan inovasi Jarik Ma’ Siti sukses menjawab tantangan adanya ketimpangan rasio guru pendamping khusus dengan siswa istimewa yang masuk pada sekolah reguler. Dan Jarik Ma’Siti kini telah membantu 570 siswa dalam kurun waktu lima tahun terakhir dan telah direplikasi di 29 SMP di Kota Malang. (Hms*)
Leave a Reply