Bantu Kesulitan Siswa, Belasan Pemuda Junrejo Bentuk PBDLC

PBDLC di Desa Junrejo

BATU (SurabayaPost.id) – Penerapan pembelajaran daring tak hanya menuntut kesiapan pihak sekolah. Namun, juga siswa serta para orang tua. Apalagi banyak anak yang kesulitan karena orang tuanya tidak siap.

Untuk membantu kesulitan siswa, sekitar 12 pemuda Junrejo, Kecamatan Batu, Kota Batu mendirikan Pondok Belajar Daring Lentera Ceria (PBDLC). Pomdok yang terletak di RT 02, RW 02, di Desa Junrejo, Kecamatan Batu, Kota Batu tersebut didirikan murni untuk membantu siswa yang kesulitan belajar secara online.

Hal tersebut dibenarkan Kepala Desa (Kades) Desa Junrejo, Andi Faizal Hasan,Senin ( 20/7/2020). Menurut Faizal, dalam di tengah Covid – 19 ini, sekolahan dipaksa menggunakan metode pembelajaran secara daring dan jarak jauh

Kades Desa Junrejo, Andi Faizal Hasan, saat di lokasi PBDLC

Tujuannya, kata dia, agar terhindar dari penyebaran Covid – 19. “Sehingga aktivitas mereka membutuhkan bantuan teknologi yang mumpuni dan dapat diakses dengan mudah. Selain itu, para murid juga harus siap beradaptasi dengan perubahan pembelajaran yang diatur oleh sekolah,” katanya.

Para pemuda, kata dia, muncul ide kreatifnya. Mereka menggagas PBDLC. Ide itu mendapat dukungan dari para orang tua.

“Itu berawal dari persoalan proses belajar mengajar, di tengah pandemi Covid – 19. Sehingga membawa banyak perubahan khususnya dalam dunia pendidikan,” ungkapnya.

Kemudian, ungkap dia, juga diketahui banyak keluhan karena kesulitan dari pihak orang tua. Menurutnya mulai dari biaya untuk belajar online yang harus menyediakan paket data dan lain – lain.
Apalagi,lanjut dia, bagi para siswa terkadang banyak yang beranggapan sebagai liburan sekolah. Sehingga lupa pada kewajibannya untuk belajar.

” Dari sisi lain, orang tua sendiri tidak sempat mengawal proses belajar anak di rumahnya. Ada pula yang mengaku tak mampu mengikuti metode pembelajaran seperti itu,” paparnya.

Sehingga, papar dia, dari persoalan persoalan tersebut, menurut Faizal yang menantik munculnya gagasan dari anak muda, sehingga tercipta PBDLC.

” Dari sejumlah belasan pemuda bersedia meluangkan waktunya dalam proses belajar pada anak -anak. Karena di masa pandemi ini yang terbiasa adalah pembagian sembako dan pembagian uang. “Tapi yang satu ini bersosial dalam urusan kependidikan,” tegasnya.

Diwaktu yang sama Ketua penggagas BPDLC Nurmadiyo Santoso, yang sapaan akrabnya Santoso mengaku siswanya dari lingkup RW 1. Mereka jumlahnya mencapai 50 anak.
“Ini digagas 12 pemuda pemudi desa setempat yang diketahui pemangku desa, Kades Junrejo. Saat ini yang sudah terdaftar sejumlah 50 anak berasal dari lingkup RT 1,” ngakunya.

Itu, ngaku dia, mulai dari SD, SMP dan SMK serta SMK. Giat belajar ini, menurut Santoso hari ini merupakan kegiatan belajar yang perdana.

“Kita start hari ini. Sebab kami juga diminta beberapa pihak sekolah agar bisa memulai pada Senin ini juga. Mekanismenya tetap seperti metode belajar di sekolahan. Pembelajaran via online ini kita pilah – pilah. Untuk SD kelas 1 dan 3, satu jam setengah. Kelas 4 sampai 6 dari jam setengah dua belas sampai jam tiga sore,” ujarnya.

Selanjutnya, ujar dia, untuk yang sekolah SMP dimulai Pukul 13.00 Wib sampai Pukul 15.00 Wib.Terkait proses belajar tersebut, menurut Santoso, difasilitasi Wifi internet gratis.

“Untuk fasilitas pendukung karena tidak semua murid dan orang tua murid memiliki fasilitas seperti HP, jadi disini juga disediakan untuk membantu pada saat proses belajar dilakukan.Dan tugas dari sekolah sudah bekerjasama dengan pihak sekolah,dan tim sekolah telah mengirim jadwal pada pondok belajar ini,” katanya.

Dia berharap pihak sekolah tidak kesulitan. Itu karena yang sering dialami, menurut Santoso, para guru dan murid kesulitan mengirimkan tugas – tugas pembelajarannya melalui online.

“Terkadang tugasnya sampai telat, dan ini kami bersama ingin memupuk rasa kestabilan semua sekolah. Makanya mereka tetap memakai seragam seperti sekolah biasanya,” ucapnya.

Untuk diketahui, menurut Santoso, pondok belajar dengan ukuran 5 x 3 meter persegi yang dikemas dengan sederhana itu, diakui tengah didirikan di atas lahan warga yang peduli dengan program ini.

“Sedangkan dalam proses belajarnya kita tetap mematuhi protokol kesehatan. Jadi kita terapkan benar protokol kesehatan itu,” timpalnya (Gus)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.