Branjang Kawat Beraksi “Puluhan Motor Terhenti”

Wajah sangar dan badan penuh Tato, namun hati mereka sungguh mulia, inilah komunitas Branjang Kawat. Mereka berbagi takjil dikawasan Jalan Trunojoyo, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur
Wajah sangar dan badan penuh Tato, namun hati mereka sungguh mulia, inilah komunitas Branjang Kawat. Mereka berbagi takjil dikawasan Jalan Trunojoyo, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur

MALANGKOTA (SurabayaPost.id) – Pemandangan menarik terjadi di kawasan Jalan Trunojoyo, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur, Kamis (28/04/2002) petang.

Puluhan pria kekar berpenampilan sangar dengan badan penuh TATO nampak lalu lalang menyetop pengendara yang lewat. Tak hanya itu, belasan pria mengenakan kaos hitam bertuliskan “Branjang Kawat” terlihat menenteng tas plastik warna putih nampak berlarian.

Siapapun pengendara yang lewat, pasti disetop. Apa yang terjadi???. Ternyata kumpulan pria kekar itu membagikan takjil. Mereka dari Komunitas Branjang Kawat yang beranggotakan sekitar 1000 orang. Komunitas ini bergerak di sosialis atau kegiatan sosial.

Wajah sangar dan badan penuh Tato, namun hati mereka sungguh mulia, inilah komunitas Branjang Kawat. Mereka berbagi takjil dikawasan Jalan Trunojoyo, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur
Wajah sangar dan badan penuh Tato, namun hati mereka sungguh mulia, inilah komunitas Branjang Kawat. Mereka berbagi takjil dikawasan Jalan Trunojoyo, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur

Walaupun mereka tampak sangar, namun pada kenyataannya, mereka itu berhati mulia. Mereka ingin berbagi berkah di bulan suci ramadhan 1443 hijriah ini.

Budi Tato, salah satu anggota Branjang Kawat, menjelaskan, komunitas yang beranggotakan lintas profesi ini selalu mengedepankan kegiatan sosial.

“Komunitas Branjang Kawat secara rutin setiap hari Kamis selalu membagikan nasi bungkus. Tak hanya di bulan ramadhan, namun di hari – hari biasa pun kami secara rutin berbagi ke sesama,” kata pria kekar dengan rambut panjang dan tangan penuh Tato itu disela bagi – bagi takjil.

Budi Tato, Tinggal dan Rudi, anggota Branjang Kawat kala memberikan keterangan kepada wartawan
Budi Tato, Tinggal dan Rudi, anggota Branjang Kawat kala memberikan keterangan kepada wartawan

Menurut dia, selama bulan ramadhan ini, dirinya bersama komunitas secara rutin berbagi. Seperti pada pekan lalu, pihaknya bagi – bagi nasi kotak di kawan Jalan Bromo – Semeru, di kawasan Kayutangan dan lain sebagainya.

“Hari ini, kami bagikan 300 nasi bungkus kepada pengguna jalan,” terang Budi Tato yang kala itu didampingi pria bernama Tinggal.

Dengan demikian, ia berharap agar kegiatan sosial ini bisa bermanfaat bagi masyarakat. Dan ia pun berharap image masyarakat terhadap orang bertato dan tampilan sangar tidak selalu dinilai negatif.

“Harapan kami, masyarakat tidak menganggap kami ini aneh – aneh. Kami ingin selalu berbuat baik,” tandasnya.

Sementara itu, M Sholeh (50) salah satu pengendara yang hendak melintas di jalan tersebut mengaku kaget. Ia pun menghentikan motor yang dikendarainya. Sebab, istri bersama anaknya yang berusia 11 tahun merasa takut untuk melintas.

Penulis pose bersama pentolan Branjang Kawat
Penulis pose bersama pentolan Branjang Kawat

Ketika SurabayaPost.id mendekatinya, pria yang berdomisili di Polehan itu akhirnya menghela nafas panjang.

“Maeng tak kiro kerumunan preman lho mas. Mangkane aku mandek, anaku ketok wong tatoan karo wajahe sangar malian wedi (Tadi saya kira gerombolan preman. Mangkanya daya berhenti, anaku melihat orang bertato dan kelihatan sangar jadi takut,” ucap pria beranak 4 tersebut sembari tersenyum kala SurabayaPost.id menjelaskan tujuan Branjang Kawat tersebut.

Tak berselang lama, Sholeh pun melanjutkan perjalanan tanpa merasa khawatir. Dia bersama Bianca (11) putri bungsunya mendapat takjil 2 bungkus nasi dari komunitas Branjang Kawat.

“Semoga semua anggota komunitas Branjang Kawat selalu mendapat lindungan Allah,” tutur Sholeh sembari mengucapkan terima kasihnya kepada anggota Branjang Kawat. (lil)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.