MALANG (SurabayaPost.id) – Daging impor yang juga beredar bersama daging lokal di pasaran dinilai tidak mempengaruhi konsumsi dan daya beli masyarakat pada daging lokal. Penilaian tersebut disampaikan Kepala Dinas Perdagangan Kota Malang, Wahyu Setianto, Kamis (18/7/2019).
Menurut dia tidak berpengaruh karena pemerintah pusat telah mengatur batasan-batasan penjual daging impor di pasaran. Ia mengatakan bahwa daging impor yang biasanya ditemui di pasaran, sebenarnya juga telah ada kebijakan dari Pemerintah Pusat.
Wahyu menyebut, bahwa sejak tahun 2009 memang ada batasan-batasan yang mengatur. Itu agar daging lokal pembelinya lebih banyak daripada daging impor yang juga beredar di pasaran.
“Tapi sebenarnya juga tidak ada masalah. Hasil survey kami di lapangan juga menyebut bahwa, penjual daging lokal itu lebih banyak dari penjual daging impor. Dan masyarakat juga lebih banyak yang mengkonsumsi daging lokal,” ujar Wahyu.
Sebelumnya, beberapa penjual daging baik daging ayam maupun daging sapi sempat mengeluhkan adanya penurunan daya beli masyarakat terhadap daging lokal yang ada di pasar. Mereka mensinyalir, salah satu penyebabnya adalah sebagian masyarakat telah beralih membeli daging dalam kondisi beku di toko modern.
Hal itu dikatakan oleh Umriyah, salah seorang penjual daging sapi yang biasa menjajakan dagangannya di Pasar Besar Kota Malang. Ia mengatakan, bahwa selama beberapa minggu belakangan ini, daya beli masyarakat pada daging sapi cenderung mengalami penurunan.
Menuruf Umriyah, jika biasanya dalam satu hari ia bisa menjual satu ekor daging sapi, kini menurutnya terjadi penurunan, bahkan mencapai 50 persen. “Setiap hari, kami menyembelih satu ekor sapi. Kalau lagi ramai, langsung habis. Kalau akhir-akhir ini, mungkin hanya laku sekitar 50 persen,” terang.
Menurutnya, hal itu terjadi karena kondisi stok sapi lokal yang mulai langka di pasaran. Selain itu, momen tahun ajaran baru membuat masyarakat cenderung lebih bijak dalam membelanjakan uangnya.
Sementara itu, faktor lain yang menurutnya juga mempengaruhi turunnya penjualan daging di pasar adalah karena masyarakat saat ini juga banyak yang beralih ke toko modern untuk membeli daging.
“Banyak masyarakat yang beli daging di toko modern dalam kondisi frozen. Padahal, kualitas daging kami juga tak kalah dengan mereka,” jelas dia.
Namun demikian ia menyebut, bahwa harga daging sapi cenderung stabil dan tidak mengalami kenaikan, yakni masih berkisar pada harga Rp 110 ribu hingga Rp 115 ribu per kilogramnya. Dimana menurutnya, kondisi ketersedian stok sapi juga mempengaruhi naik turunnya harga jual daging sapi.
“Naik atau tidaknya harga memang tergantung kondisi stok sapinya juga,” kata dia.
Selain daging sapi, penurunan penjualan juga terjadi pada daging ayam ras. Salah satu penjual daging ayam ras di Pasar Besar Malang, Hamidah mengatakan, bahwa dalam empat hari terakhir, permintaan daging ayak juga cenderung berkurang jika dibandingkan dengan hari biasanya.
“Pembelinya cenderung menurun. Hanya ada beberapa langganan saja yang datang. Meski harganya mahal, kualitasnya bagus-bagus,” kata Hamidah.
Hamidah menuturkan, bahwa pekan ini, harga daging ayam ras kembali mengalami kenaikan. Setelah sempat turun pada beberapa waktu lalu yakni Rp 32 ribu per kilogram. Namun, sejak empat hari belakangan, kenaikan kembali terjadi hingga mencapai Rp 35 ribu per kilogramnya.
Ia menyebut, kenaikan yang terjadi juga disebabkan karena naiknya harga pakan ternak di pasaran. “Selain itu, jumlah stok sekarang juga dibatasi,” jelas dia.
Selain harga daging ayam ras, harga ayam kampung juga masih terhitung mahal. Harga yang dibanderol mencapai Rp 55 ribu per ekor. “Sementara, untuk harga ayam pejantan, untuk ukuran kecil saja mencapai Rp 28 ribu hingga Rp 30 ribu per kilogram,” pungkasnya. (lil)
Leave a Reply