Doa dan Kebahagiaan Tim

Oleh : Yusron Aminulloh, CEO DeDurian Park, Ketua ISMI Jatim

Dalam bisnis, banyak cara orang mengembangkan usahanya. Ada cara promosi tanpa batas di medsos dan public, agar produk atau karyanya diakui public, ada yang jalan sunyi, diam-diam menjadi besar dan memiliki karyawan melimpah.

Tapi sesion tulisan ini, membahas tentang karyawan atau tim kerja.

Ada dua dimensi :

Yang positif, menganggap karyawan adalah potensi, aset yang luar biasa. Karena itu mereka dijaga, dirawat, “diopeni”, “diwongke” kata orang Jawa. TIdak ada kata terlambat bagi gaji dan kesejahteraan karyawan. Mereka dimuliakan.

Biasanya model kepemimpinan perusahaan semacam ini, dimuliakanNya. Kemudahan mengalir dari segala penjuru. Aset dan omset terus bertambah dan berkembang. Bahkan ciri khasnya, karyawannya awet, tahunan dan puluhan tahun tetap setia.

Ciri model kepemimpinan pengusaha semacam ini bukan hanya mengejar omset semata, keuntungan semata. Tapi Benefit keuntungan dan manfaat dan utamakan sustainability alias berkelanjutan.

Bahkan, cara berpikir “bosnya”, doa karyawan yang bahagia, adalah aliran deras bagi energi semangat pemimpinnya dan keberkahan usahanya. Maka semakin banyak yang bekerja dengan bahagia, doanya makbul untuk kemajuan perusahaan.

Dimensi kedua:

Ada sekelompok pengusaha yang menggangap karyawan adalah beban. Karena tidak berhenti protes, demo terus menerus, demi kesejahtaraan diri karyawan, tanpa pernah peduli kesulitan finansial perusahaan.

Typikal pengusaha semacam ini, biasanya usahanya tidak lancar. Dimensinya hari ini, bukan esok hari. Karyawan bukanlah aset tapi “hutang” karena mensejahterakan karyawan dianggap kerugian. Bahkan rata-rata karyawan gonta ganti, timnya terus keluar masuk.

Bahkan, realitas dilapangan, penulis menemukan, salah satu indikator perusahaan akan menurun kinerja dan omsetnya, karena terlambat membayar gaji karyawan. Dan tentu banyak indikator lain dan itu semua orientasinya keuntungan semata.

Doa karyawan yang tidak bahagia, karena terlambat gajinya, dimarahi bos karena sedang pusing omsetnya turun, adalah “membahayakan” kemajuan perusahaan.

Ingat pesan Rasullah :

Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah).  Maksud hadits ini adalah bersegera menunaikan hak si pekerja setelah selesainya pekerjaan.

Kesimpulannya, kemajuan perusahaan, adalah rasa nyaman tim karyawan, kebahagiaan, dan rasa bangga. Ini menjadi pedoman perusahaan yang akan berkembang dan maju.

Sebuah penelitian di India yang dilakukan
salah satu pimpinan House of Cheer, Namrata Tata, menyebut klien mereka menerima “audit kebahagiaan” berdasarkan survei yang diisi pegawai.

Klien mereka dapat menerima keseluruhan laporan tentang kebahagiaan kolektif karyawan dan “kecerdasan kebahagiaan”.

Dua hal tadi tadi diukur melalui penilaian yang berkelanjutan. Penilaian ini diambil menggunakan metode survei terbuka yang memungkinkan pegawai memberikan masukkan selama 24 jam sehari, tujuh hari seminggu.

Survei itu menggunakan ‘word cloud’ atau metode menampilkan data teks secara visual. Kajian itu juga menelisik panjang dan volume komentar dari pegawai tertentu.

Data ini diringkas dalam waktu nyata melalui dasbor sederhana yang membantu manajemen memahami suasana hati pegawai.

Namun survei ini tidak cukup untuk menilai kompleksitas emosi manusia. Pada titik itulah percakapan, termasuk yang dilakukan secara digital, dapat melengkapi penelitian tersebut.

Menyimak survey tersebut, dan melihat fakta dilapangan, penulis mengajak pembaca memilih membahagiakan tim dan karyawan. Doa mereka akan mengalir deras memberkahi usaha anda.

Bahkan dimensi lain, bahagianya karyawan adalah kekuatan masa depan perusahaan. Dan salah satu indikasi kemajuan bisnis adalah menambah jumlah karyawan setiap bulan, bukan mengurangi.

Cobalah, Anda akan menemukan kebahagiaan dalam berbisnis. ***

Bersambung