Dr Sri Untari Diharap Bisa Membina Kebudayaan dan Kesenian Tradisional 

Dr Sri Untari (tiga dari kanan) saat mengunjungi Dr Sri Untari Mbah Sholeh.

MALANG  (SurabayaPost.id) – Dr Sri Untari diharapkan bisa memberikan  pembinaan terhadap kesenian lokal atau tradisional. Harapan tersebut disampaikan seniman Kabupaten Malang, Dr Sri Untari Diharap Bisa Membina Kebudayaan dan Kesenian Tradisional  saat menerima kunjungan Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Prov, Jawa Timur, Dr Sri Untari, Rabu (22/1/2020) malam kemarin.

Dia   mengutarakan pembinaan terhadap pelaku seni dan budaya   di Kabupaten Malang sangatlah minim. Padahal menurut dia, seni budaya merupakan salah satu modal pembinaan kepada generasi penerus bangsa. Selain itu, seni budaya selama ini telah terbukti menyumbang pendapatan dari sektor pariwisata di Kabupaten Malang.       

“Saya ini pelaku seni, merasakan betul bagaimana susahnya  menjaga budaya. Tetapi selama ini perhatian pemerintah sangatlah minim. Makanya saya berharap kedepan Pemerintah memberikan perhatian kepada seni dan budaya,” terang Mbah Soleh.   

     

Perhatian yang dia maksudkan itu adalah, dimasukkannya seni budaya pada peraturan daerah (Perda) Kabupaten Malang. Dengan perda itu,  nantinya akan ada perlindungan bagi para pelaku seni dan penjaga budaya.       

“Pelaku budaya punya tanggung jawab mengajarkan sopan santun, unggah ungguh kepada generasi muda. Kalau Pemerintah tidak memberikan perhatian masa depan seni dan budaya bisa punah dan tinggal nama,” tukasnya.       

Menurut Mbah Soleh, pelaku seni dan budaya itu  adalah orang yang rela berkorban, bahkan untuk pementasanya terkadang harus dibiayai sendiri. Nah disinilah sebenarnya peran pemerintah daerah memberikan fasilitas kepada para pelaku seni dan budaya.

Pemilik Padepokan Mangun Dharma Tulusbesar, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang ini, menambahkan kesenian yang dia bina, sudah terkenal  mancanegara. Tetapi Pemkab tidak memberikan perhatian secara serius.        

Di Padepokan Mangun Dharma ini,  mengajarkan seni tari Malang, unit karawitan, unit seni wayang topeng, mocopat, jaran kepang dor (Turonggo Kusumo), Bantengan (Handoko Mulyo), kerajinan topeng, kerajinan wayang kulit, dan pembelajaran batik untuk mahasiswa asing tetap eksis meskipun berbiaya secara swadaya.    

Kelemahan seni di Indonesia adalah belum ada Perda tentang kesenian dan kebudayaan. Sehingga  dana APBD kesenian 0 rupiah sementara bidang lain, miliaran, padahal sama-sama membina anak bangsa.     

Yang menyedihkan lagi, lulusan kesenian yang cukup banyak di Indonesia tidak tertampung dalam hal pekerjaan sesuai bidangnya. Karena itu tidak heran jika lulusan kesenian mereka menekuni pekerjaan yang lain.       

Sementara itu, Dr. Sri Untari yang mendapat keluhan dari Mbah Soleh, berjanji akan memberikan perhatian dan memperjuangkan secara konkrit bidang seni dan budaya. Bahkan Sri Untari juga meminta kepada para pelaku seni yang dimotori oleh Mbah Soleh untuk berkumpul dan memberikan rumusan seperti apa perda yang diharapkan para pelaku seni dan budaya itu.     

“Kami sangat konsen terhadap persoalan seni dan budaya, karena itu kedepan usulan dan saran dari para pelaku seni budaya kita butuhkan, untuk dimasukkan dalam peraturan daerah. Sehingga seni dan budaya di Kabupaten Malang ini tetap unggul dan lestari,”ujar wanita yang juga Sekretaris DPD PDI Perjuangan Jawa Timur itu.    

Menurut Sri Untari, seni dan budaya memiliki peranan penting dalam membina generasi muda, agar tidak terkontaminasi dengan budaya asing.”Kita orang jawa harus menjunjung tinggi adat dan budaya jawa. Generasi milenial otaknya boleh bersaing dengan luar negeri tetapi perilaku dan sopan santunya adalah cerminan orang Jawa. Karena itu,  perhatian terhadap seni budaya harus diberikan secara proporsional,” pungkas Sri Untari. (aii).

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.