BATU (SurabayaPost.id) – Persoalan pencemaran lingkungan dan aroma bau sampah yang tak sedap dari TPA Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu belum usai. Untuk itu Kepala Desa (Kades) Tlekung, bersama Kades Junrejo, kompak menggelar diskusi bersama yang melibatkan banyak pihak di Aula Bukit Tlekung, Kota Batu,Jumat (26/2/2021) malam.
Yang perlu diinformasikan, diskusi bersama yang digagas oleh kedua Kades itu, dikemas dengan jagong bareng.Itu dihadiri oleh Babinsa, anggota Polsek Junrejo, BPD, penggiat pecinta lingkungan bersama puluhan para tokoh masyarakat / pemuda dan beberapa pihak lainnya.
Pada kesempatan itu, Mardi Kades Tlekung, mengaku diskusi itu, sengaja melibatkan banyak pihak, dengan tujuan untuk menampung keluhan warga yang selama ini sedang merasa terusik, yang sumber petakanya berasal dari tumpukan gunung sampah di TPA Tlekung,” kata Mardi.
Karena, kata dia,gunungan sampah di TPA tersebut, menurutnya telah menyebarkan aroma bau yang tidak sedap yang mengakibatkan protes warga sekitar.
“Ketika musim kemarau, aroma bau busuk yang menyebar,sedangkan pada saat musim hujan seperti ini, aliran air lindinya mulai mengusik mencemari sungai sabrang dan beberapa sumber mata air bersih di Desa Junrejo,” paparnya.
Yang perlu diingat, papar dia, di TPA tersebut, yang dulunya jadi tempat pengelolaan sampah memproduksi pupuk organik.Dan sekarang, menurutnya telah dijadikan tempat pembuangan, atau penimbunan sampah.
“Prahara itu, sudah bertahun – tahun dikeluhkan warga sekitar. Dengan acara jagong bareng ini,sebagai bentuk sikap bersama yang lebih serius,” ngakunya.
Meski begitu, Mardi mengaku, terkait langkah nya itu ,bukan mau menentang pemerintah atau ingin membangkang.
“Tapi ini semua demi kepentingan warga dan hajad hidup orang banyak.Maka kami yang menjadi tumpuan jeritan warga setempat, sepakat bersama warga untuk bersikap lebih tegas,” ucapnya.
Apalagi, kata dia, berdasarkan sumber penyebabnya dari gunung sampah di TPA, yang diyakini menjadi ancaman serius, mulai dari sumber mata air, aliran sungai,bahkan diyakini pula, akan menjadi ancaman kesehatan warga sekitar. Oleh karena itu, ia berharap pihak terkait tanggap
“Pemerintah Kota Batu melalui dinas yang terkait, jangan hanya bereaksi cepat turun lapangan,dan beberkan teorinya saja,” sindirnya.
Karena, kata dia, warga ingin tindakan nyata dan jelas progresnya.Karena, menurut dia, persoalan semacam ini bukan baru muncul, dan ini , menurutnya sudah berjalan bertahun – tahun.
“Dari hasil diskusi ini, dan berdasarkan catatan warga serta beberapa penggiat pecinta lingkungan, hasilnya nanti bakal diboyong pada Pemkot Batu,” janjinya.
Diwaktu yang sama, Kades Junrejo, Andi Faizal Hasan mengaku persoalan ini sudah kesekian pekan telah bergulir.
“Tapi pemerintah terkesan hanya bersikap biasa,dan kurang ada gregetnya. Persoalan yang sedang kami hadapi ini, bermula karena keluhan warga desa setempat yang ditujukan pada desa,” katanya.
Dan itu, kata dia, sudah di wadulkan secara bersurat, terhadap Camat setempat, dan Wali Kota, serta DLH Provinsi Jatim.Terkait laporannya tersebut, Faizal mengaku sudah mendapat tanggapan dari mereka, kendati progresnya belum ada.
“Munculnya jagong bareng dari Desa Tlekung, dan Desa Junrejo, ini terkait dua persoalan yang dialami warga setempat. Pertama pencemaran lingkungan karena aliran air lindi yang berdampak langsung kepada warga Desa Junrejo.Sedangkan terkait dampak aroma bau yang menyengat, sasarannya pada warga Desa Tlekung.Itu semua terjadi karena murkanya gunung tumpukan timbunan sampah di TPA tlekung yang tidak dikelola dengan baik, ” serunya.
Terpisah Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kota Batu , Aries Setiawan saat dikonfirmasi terkait persoalan itu.
“Kami dari LH dengan adanya forum dan bersikap seperti itu, saya menyambut positif,” kata Aries, Ssbu,27/2/2021.
Adanya forum isu – isu lingkungan yang ada di sekitar TPA Tlekung, menurut dia,sangat berterimakasih dan hal itu , menurutnya sangat positif.
“Untuk berperan lebih aktif lagi LH Batu. Karena dengan banyaknya komunitas yang peduli lingkungan.Kinerja dari LH sendiri akan semakin terpacu, dan nantinya LH juga akan berkolaborasi lebih banyak lagi dengan komunitas peduli lingkungan itu,” ungkapnya.
Karena, ungkap dia, mereka yang lebih paham dan yang bergerak di level bawah sehingga lanjut dia, mereka yang lebih mengerti situasi dan kondisi lingkungan.
“Mereka bisa melakukan pengawasan lingkungan dimana saja.Dan kalau ada info info terkait kerusakan lingkungan, setidaknya kita bisa bergerak lebih cepat,” terangnya.
Saat disinggung terkait pencemaran air lindi dan baunya sampah yang sedang disoal warga, Aries mengaku harus diselesaikan.
“Ini PR besar saya, khususnya pengelolaan sampah di TPA.Dan ini kita sudah berupaya semaksimal mungkin menormalisasi standar ideal pengelolaan TPA,” katanya.
Karena kemarin, kata dia, persoalan di TPA tersebut, ada sedimentasi, yang sekarang menurutnya sudah dilakukan pengerukan mulai beberapa hari kemarin.
Disinggung,terkait kinerja instalasi yang tidak maksimal, ia berjanji semua itu bakal diaktifkan lagi sistem TPA tersebut, agar bisa berjalan normal.
Disinggung lagi, terkait rencana awal TPA dikabarkan untuk pengelolaan sampah dan memproduksi pupuk organik. Namun sekarang malah hanya dijadikan tempat penimbunan sampah.
“Ya itu yang menjadi evaluasi kita sehingga sistem itu bisa berjalan kembali dan juga ada pemilahan sampah juga. Disitu juga sudah ada pekerjanya dari orang – orang warga sekitar. Ada sejumlah 50 orang.Dan saat ini mereka juga masih bekerja memilah sampah disana,” pungkasnya. (Gus)
Leave a Reply