GRESIK (SurabayaPost.id)–Meski masa jabatanya tidak sampai 5 tahun, hanya 3,5 tahun sebagai Bupati Gresik Fandi Ahmad Yani (Gus Yani) mampu merealisasikan janjinya yang tidak bisa diwujudkan oleh bupati sebelumnya.
Setelah sukses membuat masyarakat Gresik khususnya kepada ratusan ribu pelanggan air Perumda Giri Tirta yang hampir 20 tahun kecewa dengan pelayanan air bersih.
Kini keresahan akibat mampetnya saluran air bersih itu, sekarang telah berhenti. Dan tidak ada lagi protes mampetnya air bersih setalah Bupati milenial ini memimpin Gresik hampir dua tahun terakhir ini.
Kini bupati milenial itu, sukses membuat masyarkatnya terkhusus diwilayah Gresik selatan hidup tenang tanpa ancaman banjir. Mereka sukses menikmati kinerja pemimpinya dan berhenti ketar ketir jika tetangga kabupaten lainya sedang turun hujan lebat.
Alasanya, jika musim hujan seperti saat ini meski Gresik tidak hujan, tetapi jika Mojokerto hujan maka warga Gresik selatan bisa dipastikan kebagian banjirnya.
“Dulu jika wilayah kabupaten tetangga kita hujan lebat kita mulai cemas. (Itu) bahasane wong (orang) Benjeng, Balongoanggang, Cerme,” kata Gus Yani mengawali cerita progres normalisasi Kali Lamong, Selasa (18/10/22).
Diketahui, banjir Kali Lamong yang hampir 20 tahun lebih warga yang bermukim dibantaran Kali Lamong khususnya diwilayah Gresik selatan setiap tahunya terendam air luaoan Kali Lamong.
San di era kepemimpinan Gus Yani, hampir dua tahun ini, banjir dari luapan Kali Lamong berhenti merendam rumah warga, menghancurkan tambak dan pertanian hingga menelan korban jiwa setelah menantu KH Agus Ali Masyhuri (Gus Ali) ini menjabat sebagai Bupati Gresik.
Menurut Bupati, sesuai laporan Dinas Pekerjaan Umum (PU) tahun 2024 normalisai Kali Lamong progresnya akan menuntaskan bantaran kali sepanjang 60 kilo. Seluruh stakeholder kata Gus Yani bersama-bersama APBD dan dana CSR akan dikerahkan untuk normalisasi Kali Lamong.
“Hanya saja pihak pemerintah daerah harus mampu menuntaskan pembebasan lahan agar Balai Besar Bengawan Solo (BBWS) segera merespon pengajuan normalisasi yang diajukan. Kalau kita tidak cepat menyelesaikan khususnya soal lahan, maka akan kalah dengan wilayah lain. Karena BBWS melayani banyak kabupaten. Maka yang akan dipilih wilayab yang sudah ready lahanya,” ungkapnya
Dikatakan Gus Yani, parapet (pembatas / pengahalang (barrier) berupa dinding bangunan bantaran sungai) merupakan anggaran sari APBN, khususnya dari BBWS. Itu kata dia karena Gresik lebih siap melakukan normalisasi yang disukung dengan pembebasan lahan.
“Tahun 2022 (anggaran) turun di Gresik semua, termasuk bronjong. Nilainya sekitar Rp17 miliar. Tahun depan ada Rp25 miliar. Gresik sudah lebih cepat, termasuk pembebasan lahan sesuai kajian tehnik studi larap yang dilakukan BBWS. Dan akan cair di Gresik karena kita lebih siap,” paparnya.
Ditegaskan Gus Yani, saat ini audah ada beberapa lahan di dua wilayah tanah sudah dibebaskan. Yakni Kecamatan Benjeng dan Cerme. “Kita ada anggaran tahun ini ada Rp20 atau Ro30 miliar untuk pembebasan lahan. Kalau kita tidak cepat maka akan kalah dg wilayah lain. Karena BBWS melayani banyak wilayah,” pungkasnya. (uki)
Leave a Reply