BETUN (SurabayaPost.id) – Kondisi infrastruktur jalan Sabuk Merah di Perbatasan Timor, tepatnya di Desa Alas dan Desa Kota Biru Kecamatan Kobalima Timur Kabupaten Malaka Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) rusak parah.
Daerah tersebut berbatasan langsung dengan Distrik Covalima di bagian selatan negara Timor Leste.
Kondisi jalan itu menjadi tontonan mata telanjang keseharian warga setempat.
Pada Kamis (28/03/2019) siang, SurabayaPost.id memantau langsung kondisi lokasi. Beberapa titik terlihat rusak parah.
Ada titik tertentu yang kondisi jalannya sudah putus. Itu ada di wilayah Desa Alas Kecamatan Kobalima Timur, berbatasan langsung dengan wilayah Desa Kota Biru.
Jalan yang putus itu panjangnya diperkirakan 200 meter. Badan jalan mengalami penurunan, pergeseran dan longsoran berat dari arah barat ke timur. Sehingga, badan jalan yang sebelumnya rata dan utuh-mulus, kini berantakan.
Di sisi kiri dari arah barat ada jalan darurat yang bisa dilewati kendaraan roda dua dan empat. Permukaannya berbentuk legong. Saat melintas harus ekstra hati-hati. Sebab, jalan darurat ini berada langsung di bawah tebing. Penahan jalan mengalami longsoran yang terlihat berkeping-keping.
Ada kepingan longsoran yang masih tergantung di dinding tebing. Ada pula yang mengalami pergeseran.
Bila ada dua atau lebih kendaraan yang datang dari arah berbeda, kendaraan yang datang dari salah satu arah, termasuk kendaraan roda dua, harus berhenti dulu. Lalu, memberikan kesempatan kepada kendaraan yang datang dari arah lainnya lewat. Di ujung badan jalan bagian barat terdapat tulisan besar warna putih “Hati2 Ada Longsor”.
Ada titik lain yang berbatasan langsung dengan titik ini di desa tetangga. Kondisi badan jalannya nyaris putus. Tepatnya di wilayah Desa Kota Biru.
Di titik itu, sebagian besar badan jalan yang panjangnya diperkirakan 100 meter lebih sudah longsor ke arah barat. Badan jalan yang tersisa hanya satu meter. Kendaraan yang lewat di sini hanya untuk satu kendaraan. Tapi, harus ekstra hati-hati. Karena permukaan jalannya sudah retak.
Di titik tersebut terdapat tujuh buah drum kosong yang diberi tanda putih sebagai isyarat bagi para pengguna jalan untuk hati-hati. Dua drum di antaranya ikut jatuh dibawa kepingan longsoran badan jalan.
Beberapa ekor kambing milik warga setempat tampak santai di tengah-tengah kepingan longsoran badan jalan. Tak jauh dari situ, ada titik lain pula yang sudah retak. Di situ, warga memasang tanda hati-hati bagi para pelintas menggunakan dahan kayu.
Sekretaris Desa Kota Biru Rikhardus Fahik mengaku bingung dengan kondisi jalan Sabuk Merah di wilayah desanya dan desa tetangga. “Jalan yang putus sudah satu bulan lebih. Itu di desa tetangga. Tetapi, belum diperbaiki. Sedangkan beberapa titik di kita punya desa ini (Desa Kota Biru, red) ada yang hampir putus. Titik lainnya retak berat. Lama-lama orang Alas tidak bisa ke ibukota kabupaten atau sebaliknya,” tandas Rikhardus.
Camat Kobalima Timur Wens Leky berharap kontraktor segera memperbaiki jalan yang putus, longsor dan retak. Sebab, sebagai jalan negara, jalan Sabuk Merah harus aman dan nyaman.
“Kawasan perbatasan ini pintu gerbang negeri. Jadi, harus menjadi cermin kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat”, demikian kata Camat Wens.
Infrastruktur jalan Sabuk Merah Perbatasan Timor ini dikerjakan PT Naviri menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Penanggungjawab PT Naviri Wilayah Timor Ruswandi yang dihubungi melalui akun WhatsApp-nya, Kamis (28/03/2019) sore, mengatakan, jalan sabuk merah Perbatasan Timor di bagian timur Kabupaten Malaka itu adalah paket pekerjaan 2015.
Menurut dia sudah menjadi wewenang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI. “Sehingga, PT Naviri selaku kontraktor sudah tidak bertanggung jawab lagi. “Sebab masa garansinya sudah lewat,” katanya. (cyk)
Leave a Reply