Over Kapasitas Penjara, Napi Jadi Gay dan Lesbian

Foto Ilustrasi: REUTERS/Dario Pignatelli

BANDUNG (SurabayaPost.id)-Kanwil Kemenkum HAM Jabar menemukan adanya gejala seks menyimpang dialami warga binaan di sejumlah lapas dan rutan. Hal itu dampak dari over kapasitas penjara.

Kepala Kanwil Kemenkum HAM Jabar Liberti Sitinjak mengungkapkan lapas-lapas kelebihan kapasitas karena saat ini dihuni 23,681 orang warga binaan. Padahal, kapasitasnya hanya 15,658 orang warga binaan.

“Lapas dan rutan sudah over kapasitas. Ibarat kata, kondisi itu membuat kaki ketemu kaki, kepala ketemu kepala badan ketemu badan. Dampaknya munculnya homoseksualitas (gay) dan lesbian,” ujar Liberti di SOR Arcamanik, Kota Bandung, Senin (8/7) dilansir detik.

Menurutnya, gejala tersebut muncul karena kebutuhan biologis warga binaan yang tak tersalurkan. Terutama bagi warga binaan yang sudah berkeluarga.

“Setidaknya gejala itu dari dulu ada. Karena memang begini, bagaimana seseorang yang sudah berkeluarga, masuk ke dalam lapas, otomatis kan kebutuhan biologisnya tidak tersalurkan,” tutur Liberti.

Ia mengatakan tengah mencari cara untuk mengatasi kelebihan kapasitas di lapas. Terutama bagi warga binaan kasus narkoba yang jumlahnya paling besar atau mencapai 60 persen.

“Jadi ini tantangan ke depan, bahwa mana yang seharusnya (kasus narkoba) masuk ke lapas, mana yang harus di rehabilitasi. Supaya tidak menimbulkan over crowded seperti yang saya sebutkan tadi,” ujar Liberti.

Dalam hal warga binaan yang mengalami homoseksual dan lesbian akan dipindahkan ke sel terpisah.

Kepala Divisi Pemasyarakatan (Kadivpas) Kemenkum HAM Jabar Abdul Aris mengakui fenomena homoseksual dan lesbian terjadi di lapas dan rutan. Hal itu terungkap dari petugas yang memergoki perilaku tak wajar tersebut.

“Ketahuannya ya sering berduaan, makanya kalau udah begitu kita ambil langkah, tindakan,” kata Aris via telepon, Senin (8/7).

Ia menuturkan warga binaan yang terindikasi homoseksual dan lesbian akan dilakukan assessment terlebih dahulu. Nantinya yang terbukti akan dipisahkan dari warga binaan lainnya.

“Iya, kan dicek kamarnya, sudah berapa lama dia di situ, udah sejak kapan dia melakukan itu. Jadi terhadap pasangan itu dipisah, keduanya dipindahkan,” ungkap dia.

Dia mengaku belum memiliki data jumlah warga binaan yang mengalami seks menyimpang. Ia memastikan jumlahnya tidak signifikan.

“Kita belum punya data lengkap. Tapi itu hanya beberapa kasus saja, persentasenya belum kita teliti lagi. Kita belum bisa sebutkan (lapas mana saja),” tutur dia.

Menurut Aris, tindakan yang sama juga berlaku kepada warga binaan lapas wanita. Warga binaan yang terindikasi lesbian akan dipindahkan ke sel lain.

Menurutnya salah satu faktor homoseksual dan lesbian ini karena kelebihan kapasitas lapas dan rutan di Jabar. Intensitas antar warga binaan di dalam sel membuat orientasi seks mereka menyimpang.

 

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.