Pacu Pertumbuhan Ekonomi, BI Malang Bakal Menggelar Artcofest

Bi Malang menghelat konferensi pers terkait pelaksanaan Artcofest di Malang. Dari kanan Dr Dias Satria, Kepala BI Malang Azka Subhan Aminurridho, Prof Dr Chandra Fajri Ananda, Sivaraja dan Ketua Poktan kopi Hidup Makmur, Ampel Gading Kabupaten Malang, Marliadi.

MALANG  (SurabayaPost.id) – Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia  (BI) Malang, Jatim terus melakukan terobosan dan melakukan inovasi demi memacu pertumbuhan ekonomi dan mengendalikan inflasi. Satu di antara terobosan itu, BI Malang bakal menggelar  Art Coffee Festival  (Artcofest)  mulai akhir November hingga 1 Desember 2019.

Kepala KPw BI Malang Azka Subhan Aminurridho mengungkapkan  hal itu saat menggelar konferensi pers di Amstirdam Coffee Mergan, Kota Malang, Senin (4/11/2019). 

Dia menjelaskan bahwa ide menggelar Artcofest itu terinspirasi dengan potensi komoditas kopi di Malang. Selain itu, semakin boomingnya cafe dan kedai kopi di Malang. 

Kepala BI Malang Azka Subhan Aminurridho (kiri) bersama Sivaraja kala meracik kopi di Amstirdam Coffee Mergan

Menurut dia, hampir di setiap sudut Kota Malang ada cafe dan kedai kopi. “Itu menjamur di mana-mana. Pengelolanya justru sebagian besar adalah kaum milenial,” kata Azka Subhan Aminurridho. 

Potensi kopi itu, diyakini pria yang akrab disapa Azka ini bisa untuk mendukung ekonomi daerah. “Khususnya  komoditas unggulan untuk ekspor. Itu pasti bisa menyumbang pertumbuhan ekonomi daerah secara signifikan,” kata dia. 

Untuk itu, Azka yang mantan pejabat BI Bandung ini mengajak Universitas Brawijaya  (UB) Malang untuk membangun kopi Indonesia. Melakukan koordinasi dengan Rektor UB, Prof Dr Nuhfil Hanani dan pakar ekonomi UB,  Prof Dr Chandra Fajri Ananda .

Setelah melakukan diskusi, kata dia, di UB ada tiga fakultas yang bisa diajak sharing membangun perkotaan. Disebutkan  seperti Fakultas Pertanian, Fakultas Teknologi Hasil Pertanian dan Fakultas Ekonomi. 

“Lalu kami juga mengajak praktisi atau pelaku pengelola cafe – cafe kopi dan aktor-aktor visioner  seperti creative consultant, Jagoan Indonesia yang kelola Dr Dias Satria serta petani kopi binaan BI. Tujuannya untuk menggelar Artcofest ini agar kopi memiliki nilai tambah secara ekonomis,” kata mantan pejabat BI Bali ini. 

Berdasarkan hasil diskusi dan koordinasi itu, kata pria asal Kota Semarang ini, tercetus ide untuk menggelar Artcofest itu. Sesuai rencana, kata dia,  festival tersebut akan digelar mulai akhir November hingga 1 Desember 2019.

“Tempat festival kopi itu nanti di Samantha Krida, kampus UB. Meski cafe dan kedai oopi di Malang  ada sekitar 500, peserta festival dibatasi sesuai lokasi,” kata dia. 

Untuk itu, dia berencana menghadirkan  Deputi Gubernur BI. “Saat saya menghadap Deputi Gubernur BI memang sempat ditanya apa yang membedakan Artcofest ini dengan festival  yang selama ini sudah ada,” kata bercerita.  

Dia pun dengan sigap menjelaskan jika dalam festival kopi nanti banyak sekali yang berbeda. Sebab,  yang diangkat tidak hanya masalah rasa, tapi teknik penyajian, dan pembuatannya yang memiliki nilai art (seni). 

Makanya, terang dia, BI Malang menggandeng banyak stakeholder untuk menggelar Artcofest tersebut. Termasuk Amstirdam Coffee Mergan yang dikelola Sivaraja, akademisi dan Creative Consultant, Jagoan Indonesia. 

Karena itu Azka optimistis tidak hanya Artcofest yang sukses digelar. Namun, juga yakin bila Artcofest tersebut akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah. Sehingga inflasi daerah pun bisa terkendali dengan baik. 

Pakar ekonomi UB, Prof Dr Chandra Fajri Ananda menyambut positif Artcofest tersebut. Menurut dia, UB punya kepentingan membangun di sekitar UB. “Ya, misi UB tidak hanya pendidikan.  Sebab kami juga ingin kopi yang potensinya luar biasa itu menjadi andalan ekonomi Malang,” jelas dia. 

Itu mengingat,  lanjut dia, ekonomi secara global tidak ada kepastian. “Untuk itu, ekonomi kita tidak boleh tergantung pada komoditas primer seperti kelapa sawit dan lainnya,” jelas dia. 

Untuk itu, kata dia, perlu refreshing menghadapi kerentanan ekonomi dunia. Sehingga butuh national branding, seperti komoditas kopi ini. 

Makanya, kata dia, ekspor perlu ditingkatkan. Sebab, menurut dia,  pemerintah agak kesulitan menjual obligasi. “Untuk itu perlu terobosan seperti ekspor kopi,” katanya. 

Meski begitu dia mengakui jika kopi untuk konsumsi dalam  negeri lumayan besar. Dia berharap kopi mirip rokok. Meski harga naik, kata dia, konsumsi juga tetap ikut naik. 

Demi mewujudkan hal tersebut,  kata dia, perlu ada kajian soal kopi. “Masalahnya kompetisinya ketat. Selama 1,5 tahun harus ada peningkatan atau yang beda dari yang dijual. Jika tidak akan tutup,” papar dia.

Hal tersebut juga diakui owner sekaligus CEO Creative Consultant  Jagoan Indonesia, Dr Dias Satria. Menurut dia, kopi yang kini semakin digandrungi harus dikelola secara kreatif dan inovatif.  

Artcofest bagi dia merupakan langkah strategis. Sebab festival kopi tersebut dinilai merupakan kolaborasi antara art dan kopi. “Itu pun mengkolaborasikan banyak elemen.  Apalagi event itu nanti berstandar internasional. Makanya, fungsinya juga harus ditingkatkan,” katanya.   

Sementra itu, pemilik Amstirdam Coffee Mergan, Sivaraja mengatakan bila soal kopi itu juga harus memperhatikan  masalah kualitas. “Sedangkan kualitas itu tergantung pada SDM-nya,” kata dia. 

Guna meningkatkan kualitas SDM itu, pria berdarah India ini menilai perlu ada kompetisi dengan standar internasional. Itu karena Indonesia memiliki potensi luar biasa. 

Suasana konferensi pers terkait Artcofest di Amstirdam Coffee

“Perkembangannya di Indonesia juga luar biasa. Kopi Jabar laku Rp 1,5 juta per Kg di arena lelang internasional. Selain itu  Indonesia berhasil meraih juara 4 internasional untuk barista,” papar dia.

Makanya dia sangat mendukung Artcofest yang digagas BI Malang. Sebab, menurut pria yang akrab disapa Raja ini, manfaat ikut Artcofest itu sangat luar biasa. 

“Peserta akan tahu bagaimana membuat kopi berstandar internasional. Pemenangnya nanti bisa menjadikan event ini sebagai batu loncatan untuk ikut nasional atau event internasional.  Untuk Malang nanti akan ada sendiri yang mewakili nasional atau internasional,” jelas dia.

Respon positif terkait digelarnya Artcofest itu juga ditunjukkan  petani kopi. Ketua Poktan kopi Hidup Makmur, Marliadi mengaku bila Artcofest itu bisa menjadi tumpuhan  harapan petani untuk meningkatkan penghasilan. 

“Ya karena banyaknya kedai kopi itu cukup berdampak pada petani.  Apalagi setelah ada pendampingan dari BI. Dulu harganya Rp 15 ribu sekarang bisa Rp 35 ribu. Itu karena ada peningkatan kualitas,” kata dia..

Jika festival – festival kopi terus digelar, kedai-kedai kopi semakin banyak dan menjamur, kebutuhan kopi akan meningkat. 

Karena itu, kata dia, petani akan semakin bersemangat. “Ya semoga saja BI tidak berhenti melakukan terobosan  membantu kami memproduksi kopi. Sehingga kami tak hanya melayani kebutuhan dalam negeri, tapi juga bisa eksport,” pungkasnya.  (aji) 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.