Oleh : Daniel Mohammad Rosyid
Kemendikbud telah memutuskan pembelajaran daring hingga akhir tahun ini. Bagi saya ini kesempatan emas untuk merekonstruksi Sisdiknas once and for all. Praktek pendidikan yang didominasi persekolahan selama ini memang sudah kadaluwarso, dan gagal menyiapkan warga muda untuk hidup mandiri, bertanggungjawab, sehat dan produktif pada usia 16-18 tahun. Banyak kampus dibangun untuk menambal kegagalan pendidikan formal melalui persekolahan ini. Jika persekolahan sukses, kampus tidak perlu sebanyak saat ini.
Pandemi Covid-19 ini membuka fakta bahwa persekolahan tidak memiliki peran penting seperti yang selama ini dikatakan pejabat pemerintah. Pendidikan penting, persekolahan tidak. Apalagi di zaman internet ini. Persekolahan memang hanya instrumen teknokratik untuk menyiapkan tenaga kerja yang cukup trampil untuk dipekerjakan di pabrik-pabrik, sekaligus cukup dungu untuk menerima kenyataan ini bagi kepentingan investor. Tidak kurang tidak lebih.
Pendidikan, seperti wasiyat Ki Hadjar, harus dikembalikan pada keluarga dan masyarakat. Saatnya itu tiba sekarang. Keluarga muda tidak perlu ragu mengambil tugas mendidik anak-anak mereka. Persekolahan hanya bersifat melengkapi dan menambahi. Keluarga sebagai satuan pendidikan adalah syarat perlu, sedangkan masyarakat adalah syarat cukup. Persekolahan hanya complementary and supplementary saja terutama untuk pengembangan ketrampilan produktif.
Mulailah menyusun kurikulum berbasis keluarga. Tetangga bisa diajak bersama menyusun kurikulum berbasis masyarakat. Masyarakat bisa membantu menyediakan ruang interaksi lebih luas terutama ketrampilan bertetangga dan bermasyarakat serta magang bekerja. Sekolah menjadi pusat sumberdaya belajar yang terbuka mendukung masyarakat dengan menyediakan perpustakaan, akses internet, bengkel, studio dan sarana bermain dan olahraga serta seni. Sekolah tidak bisa lagi mengambil alih tugas-tugas pendidikan dari keluarga dan masyarakat. Full day schooling is thing of the past.
Malang, 28/6/2020
Leave a Reply