“Saya berharap pengendalian inflasi dari semua lini mulai pemerintah pusat hingga daerah untuk tetap konsen dan waspada. Ada beberapa catatan, sektor-sektor yang sangat mempengaruhi inflasi, ini juga perlu menjadi perhatian kita bersama untuk menjaga dan mengendalikan inflasi agar terus berjalan dengan baik,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala BPS Kota Malang Umar Sjaifudin menyatakan deflasi yang terjadi di Kota Malang dipengaruhi oleh komoditas bahan pangan yang mengaləmi penurunan harga pada bulan September.
“Komoditas cabai rawit telah mengalami perununan harga pada bulan September, hal ini bisa terjadi karena saat ini sedang pada musim panen yang menyebabkan stok melimpah. Namun, berbanding terbalik dengan komoditas bawang merah yang mengalami inflasi di pasaran karena stoknya yang langka,” ujar Umar.
Sebagai informasi komoditas cabai rawit memberikan andil terbesar terhadap deflasi Kota Malang, yakni 0,10 persen. Selain cabai rawit, komoditi lain yang mendorong terjadinya deflasi di Kota Malang adalah beras sebesar 0,02 persen, tomat 0,01 persen, cabai merah 0,04 persen, telur ayam ras 0,02 persen dan daging ayam ras 0,02 persen.
Sementara itu untuk komoditas lain yang mengalami inflasi y-o-ypada September 2024 antara lain emas perhiasan, sigaret kretek mesin, kopi bubuk, tarif uang kuliah perguruan tinggi, tarif rumah sakit, tempe, udang basah, gula pasir, dan cabai rawit.
Selanjutnya terkait perkembangan pariwisata Kota Malang bulan Agustus 2024, tingkat penghunian kamar (TPK) hotel bintang mengalami penurunqn 2,95 poin dibandingkan bulan Juli 2024. Sedangkan TPK Hotel Non Bintang mengalami penurunan 0,41 poin.
Menanggapi hal ini, lwan Kurniawan mengatakan akan terus mendorong pertumbuhan sektor pariwisata melalui berbagai acara, termasuk sport tourism. Disamping itu pihaknya juga akan meningkatkan sarana dan fasilitas untuk menambah kenyamanan pengunjung. Harapannya dapat meningkatkan durasi lama inap wisatawan di Kota Malang sehingga mampu mendongkrak Pendapatan Asli Daerah. (**)