Sensasi Nikmatnya Rasa Kopi Bubuk SELO PARANG Binaan Perum Jasa Tirta I

Direktur Operasional PJT I, Ir Milfan Rantawi, MM (kaos merah) melihat langsung produksi Kopi Selo Parang di Dusun Dusun Gagar RT 17 RW 07 Desa Tulungrejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Sabtu (10/06/2023) siang.
Direktur Operasional PJT I, Ir Milfan Rantawi, MM (kaos merah) melihat langsung produksi Kopi Selo Parang di Dusun Dusun Gagar RT 17 RW 07 Desa Tulungrejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Sabtu (10/06/2023) siang.

MALANG (SurabayaPost.id) – Tak lengkap rasanya bila anda berkunjung ke Bendungan Selorejo, Ngantang, Kabupaten Malang Jawa Timur, bila tak mencoba menikmati seduhan kopi bubuk Selo Parang.

Khususnya bagi pecinta kopi, ini merupakan kabar gembira bagi anda untuk mencoba. Apalagi kopi bubuk Selo Parang merupakan kopi murni milik petani Ngantang yang diolah dengan alat khusus. Sehingga aroma kopi olahan Siswanto (50), di Dusun Gagar RT 17 RW 07 Desa Tulungrejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang, sudah tidak bisa diragukan lagi cita rasanya.

Terlebih lagi, UD Sumber Lancar milik suami istri Siswanto dan Yetik Ratna Ningsih, memiliki berbagai jenis kopi olahannya. Seperti, jenis Robusta, Exelsa, kopi Lanang, arabica serta Robusta permentasi.

Selain itu, diketahui kopi selo parang ini merupakan salah satu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) binaan Perum Jasa Tirta (PJT) 1 dari kerjasama Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Dibawah binaan PJT I, kopi bubuk Selo Parang diprediksi bakal mendunia.

Bahkan, Direktur Operasional PJT I, Ir Milfan Rantawi, MM, menyempatkan hadir melihat secara langsung produksi Kopi Selo Parang di Dusun Dusun Gagar RT 17 RW 07 Desa Tulungrejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Sabtu (10/06/2023) siang.

Jajaran Perum Jasa Tirta I menikmati rasa kopi SELO PARANG
Jajaran Perum Jasa Tirta I menikmati rasa kopi SELO PARANG

Milfan pun tampak mencicipi sensasi rasa kopi milik sepasang suami istri tersebut. “Rasanya nikmat luar biasa,” tutur Milfan disela kunjungannya.

Menurutnya, usaha pengolahan kopi ini bukan hanya menciptakan kesuksesan finansial, tetapi juga memberikan dampak positif pada masyarakat sekitar. Dengan membina hubungan langsung dengan petani kopi, mereka memberdayakan ekonomi lokal dan mendorong peningkatan kualitas hidup di desa-desa terpencil.

” Kisah sukses Pak Siswanto di bidang pengolahan kopi patut dijadikan inspirasi bagi kita semua. Mereka membuktikan bahwa dengan tekad dan kerja keras, siapa pun bisa meraih kesuksesan di industri kopi,” ujarnya.

Milfan Rantawi
Milfan Rantawi

Sementara itu, Siswanto kepada awak media mengisahkan perjuangan mengolah kopi. Bersama istrinya, Yetik Ratna Ningsih di rumahnya, yang sekaligus jadi gerai kopi, hasil karyanya. Hingga menamakan Bubuk Kopi Murni, Selo Parang, yang berarti Batu Tebing.

Pasutri dengan satu anak ini menjelaskan, awal mula berbisnis kopi. Sambil sesekali menyeduh kopi raciannya, ia menceritakan suka duka bergelut di minuman jenis kopi. Tentunya, tidak langsung sukses dengan cita rasa kopi yang diharapkan seperti saat ini.

“Kami mulai menanam kopi sekitar tahun 2019. Di lahan sekitar 2 hektar. Setelah usia sekitar 2 tahun, mulai berbuah dan bisa dipanen. Dalam menanam kopi, tidak dalam satu usia yang sama. Sehingga bisa nyambung dan berkelanjutan saat panen,” ucap Siswanto sembari mengingat awal perjuangannya.

Namun, lanjut Siswanto, hasil panen tidak selalu seperti yang diharapkan. Dan hal itulah yang menjadikan dirinya terus berfikir dan belajar. Dan ternyata, dari pembelajaran dan kreasinya, malah menghasilkan kopi seperti yang diinginkan. Inovasi itu, terus dilakukan hingga menghasilkan cita rasa kopi yang khas dan digemari masyarakat.

Dir Ops, PJT I, Milfan Rantawi saat berada di pengolahan kopi Selo Parang binaan PJT I
Dir Ops, PJT I, Milfan Rantawi saat berada di pengolahan kopi Selo Parang binaan PJT I

“Panen pertama itu, hasil kurang memuaskan. Kopinya kecil kecil. Karena itu, saya dan teman teman, berfikir untuk menaman beragam jenis kopi. Bahkan, mengkloning kopi dengan jenis kopi lain,” lanjutnya.

Pasangan suami istri (Pasutri) dengan satu orang anak ini, menambahkan, untuk hasil kopi dengan cira rasa khas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Mulai dari pemilihan biji kopi, metode pengeringan bahkan sampai pada proses sangrai atau penggorengan.

Hingga pada sekitar tahun 2021, ia mengaku ada komunikasi dengan Perum Jasa Tirta I. Dalam hal ini, adalah komunikasi masalah pinjaman permodalan. Bahkan, menjadi binaan BUMN yang bergerak dalam pengelolaan sumber daya air sungai tersebut. Bantuan pinjaman itupun, kemudian dimanfaatkan dengan baik. Selanjutnya, diwujudkan dalam bentuk mesin sangrai kopi.

“Banyak metode memasak kopi yang kami lakukan. Setiap hasil kami coba rasanya. Ketika belum menemukan cita rasa yang pas, maka kami ulang dengan modifikasi dan SOP tertentu. Sehingga, kini hasil rasa, sudah bisa dinikmati. Dan kami tentu bersyukur, dapat bantuan dari Jasa Tirta. Bahkan disuport juga dalam metode pemasaran,” pungkasnya. (lil)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.