BATU (SurabayaPost.id ) – Debat publik kedua Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batu dalam Pilkada Kota Batu 2024, berlangsung seru di Hotel Singhasari Jumat (8/11/2024) malam.
Debat adu program tiga paslon Pilkada Kota Batu tersebut, membahas tema pendidikan, perlindungan anak, kesehatan dan kebudayaan ini, paslon Nurochman – Heli Suyanto (NH), Nomor 1, Firhando Gumelar-H. Rudi (Guru) Nomor 2, dan Krisdayanti – Kresna Dewanata Prosakh (Krida) Nomor 3.
Menariknya dalam ini, Krisdayanti sapaannya KD paslon Nomor 3 menanyakan kepada Firhando Gumelar sapaannya Mas Gum Nomor 2 terkait bagaimana anak putus sekolah harus bekerja bantengan?.
“Selamat malam,saya sangat senang sekali Mas Bro punya misi banyak untuk generasi muda kita.Tapi kita perlu menjaga anak – anak kita.Menjaga keselamatan tentang anak – anak kita.Terkait budaya yang ada di Kota Batu, sangat arif kerjanya,” lanjutnya.
“Namun kita juga bicara tentang trent, trent “Bantengan” dan sangat – sangat mengkhawatirkan saya.Saya sebagai seorang ibu, ketika ada anak yang harus putus sekolah karena dia terpaksa harus kerja bantengan, bagaimana Mas Bro menjaga peranan orang tua untuk menjaga anak – anak untuk tetap bersekolah,” tanya KD.
Menurut Mas Gum karena budaya di Kota Batu sangat aman dan nyaman,
jadi tinggal memberi pemahaman seluruh orang tua dan keluarganya.
“Tinggal memberi pemahaman kepada seluruh orang tua ,dan keluarga.Bahwa budaya di Kota Batu ini,aman dan nyaman.Itu yang perlu disampaikan kepada orang tuanya.Bahwa kami berkomitmen memimpin di Kota Batu,” tegasnya.
Sekadar informasi untuk debat sesi pertama membahas tentang pendidikan. Kesempatan pertama untuk paslon NH. Mendapat soal tentang pentingnya sarpras pendidikan dan pencanangan wajib belajar minimal 13 tahun oleh presiden terpilih.
Terkait itu, langsung dibeberkan Cak Nur untuk kedepannya akan memastikan fasilitas sekolah mulai PAUD SD SMP dapat terpenuhi.
“Kemudian lulusan SMA/SMK harus benar-benar punya kompetensi.Bahkan kami punya program 16 tahun belajar sampai dengan S1 dengan ketentuan per desa/kelurahan mencetak 50 sarjana setiap tahunnya,” urai Cak Nur.
Tak hanya itu, menurutnya upaya NH harus ada sistem yang bisa mengatur. Sehingga linier angka lulusan SD SMP dan SMA. Demikian juga ketika sudah menjadi lulusan SMA mereka bisa memberikan subsidi kepada para lulusan SMA untuk menjadi bagian dari siswa di Kota Batu, yang memiliki kompetensi dan betul-betul unggul.(Gus)