MALANG (SurabayaPost.id) – Peristiwa memilikan yang menimpa seorang mahasiswa di Malang beberapa waktu lalu kembali menyadarkan kita akan pentingnya kesehatan mental di dunia akademik. Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Uun Zulfiana, M.Psi., menjelaskan bahwa keputusan ekstrem seperti mengakhiri hidup kerap dipicu oleh tekanan berlapis, termasuk penyusunan skripsi.
Menurut Uun, ada tiga faktor utama yang memengaruhi keputusan ekstrem tersebut, yaitu faktor biologis, psikologis, dan sosial. Faktor biologis meliputi genetika dan ketidakseimbangan neurotransmitter. Dari sisi psikologis, individu dengan kepribadian tertutup, memiliki masalah mental, atau pengalaman traumatis lebih rentan bertindak impulsif.
“Orang-orang dengan kepribadian tertutup, problem mental, atau pengalaman traumatis sangat mungkin mengambil keputusan yang tidak biasa,” tegas Uun, Selasa (9/12/2025).
Faktor sosial seperti isolasi, kesepian, minim dukungan sosial, serta paparan isu negatif di media sosial turut memperbesar risiko. Uun menekankan bahwa tindakan ekstrem bukanlah solusi bagi persoalan akademik apa pun dan mendorong mahasiswa untuk menerapkan strategi pengelolaan stres.

“Bagaimana kita menentukan prioritas dan memisahkan waktu bekerja, belajar, serta waktu pribadi,” jelasnya.
Uun menyarankan mahasiswa untuk menerapkan Problem Focused Coping, yaitu strategi yang berfokus pada penyelesaian masalah, serta Emotional Focused Coping, yaitu strategi yang berfokus pada pengelolaan emosi. Ia juga menekankan pentingnya bantuan profesional jika muncul gejala seperti kesedihan berkepanjangan, kecemasan yang sulit dikendalikan, atau perubahan mood ekstrem.
Sebagai langkah pencegahan, Uun mengingatkan mahasiswa untuk menghindari coping maladaptif seperti merokok atau makan berlebihan, membatasi konsumsi berita negatif, memperkuat jejaring sosial, mengatur prioritas, serta menjaga pola makan dan tidur yang sehat. (lil).
