
MALANGKOTA (SurabayaPost.id) – Universitas Brawijaya (UB) Malang kembali mencatat prestasi akademik dengan mengukuhkan lima profesor baru pada tahun 2025. Kelima guru besar dari lintas Fakultas ini akan dikukuhkan pada Rabu (28/5/2025) mendatang.
Lima Guru Besar ini akan memperkuat kontribusi UB dalam menjawab tantangan nasional, mulai dari kebijakan ekonomi daerah hingga pengelolaan perikanan lemuru berkelanjutan di Selat Bali.
Pertama adalah Prof. Dhiana Puspitawati, SH, LL.M, Ph.D. Merupakan profesor aktif ke-11 dari Fakultas Hukum dan profesor ke-424 di Universitas Brawijaya.
Dia akan membawakan orasi pada pengukuhannya, yaitu “Solusi Inovatif dalam Menangani Sengketa Hukum Laut”.
Dia menawarkan pendekatan baru dalam menyelesaikan sengketa hukum laut antarnegara, melalui model Coexistent Hybrid (Coex-Hyb).
Model ini menggabungkan mekanisme ajudikatif dan non-ajudikatif tanpa keharusan mengintegrasikannya dalam satu proses. Sehingga lebih fleksibel dan berdaya guna.
“Dengan pendekatan ini, tidak ada lagi konflik yurisdiksi, dan kedaulatan negara tetap terjaga,” ujarnya, Jumat (23/05/2025).
Kedua, adalah Prof. Dr.Ir. Hartati Kartikaningsih M.Si asal Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Dia akan membawakan orasi tentang “Produk Pangan Ramah Lingkungan melalui NADES-DAMANG”.
Ia memperkenalkan metode ekstraksi alami NADES-Damang, kombinasi Natural Deep Eutectic Solvents dengan daun Avicennia marina, yang mampu mengekstraksi senyawa bioaktif seperti flavonoid dan fenolik secara efisien, tanpa meninggalkan residu kimia.
“Ini membuka peluang besar dalam pengembangan pangan fungsional dan kosmetik berbasis bahan lokal yang ramah lingkungan,” kata Hartati.
Ketiga, adalah Prof. Ir. Sri Wahyuni, ST., MT., Ph.D., IPM., ASEAN Eng. Guru besar Fakultas Teknik ini, rencananya akan membawakan orasi dengan topik “Inovasi Smart Water untuk Manajemen Air Waduk Berbasis Satelit Dan Iklim Masa Depan”.
Menurutnya, sistem ini memanfaatkan algoritma genetik dan machine learning untuk memberikan rekomendasi pelepasan air yang adaptif.
“Pengelolaan air kita harus lebih presisi dan sains-based, bukan hanya mengandalkan standar statis masa lalu,” jelasnya.
Namun dikatakannya, tantangan dalam pengembangan penelitian tersebut terletak dalam data base satelit yang selama ini masih kerap mengandalkan satelit buatan luar negeri.
Prof. Ir. Sri Wahyuni, ST., MT., Ph.D., IPM., ASEAN Eng merupakan Profesor aktif ke 34 di Fakultas Teknik dan profesor ke-426 di Universitas Brawijaya.
Keempat, Prof. Dr. Drs. Unggul Pundjung Juswono, M.Sc, dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alama (MIPA), yang mengembangkan teknologi Bioelectrical Impedance Analyzer (BIA) terintegrasi dengan kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi kerusakan jaringan tubuh akibat paparan polusi.
Teknologi ini menjadi alternatif non-invasif yang cepat, aman, dan bebas radiasi dibanding metode pencitraan konvensional.
Karakteristik kelistrikan jaringan tubuh bisa jadi indikator penting kerusakan organ akibat polusi,” ungkapnya.
Terakhir, dari Fakultas Teknologi Pertanian, Prof. Ir. Aji Sutrisno, M.Sc., Ph.D, memperkenalkan konsep BEST (Bioekonomi Sirkular Terpadu), dengan enzim sebagai katalis utama.
Menurutnya, Indonesia harus mulai beralih dari ketergantungan pada enzim impor dan menggali potensi biodiversitas lokal untuk mendukung industri bioteknologi.
“Transformasi limbah pertanian dan laut menjadi bioproduk bernilai ekonomi melalui enzim adalah jalan Indonesia menuju ekonomi hijau,” katanya.
Dengan pengukuhan ini, jumlah profesor di Universitas Brawijaya terus bertambah, hingga saat ini mencapai 428 profesor.
Prof. Ir. Aji Sutrisno, M.Sc., Ph.D merupakan profesor dalam bidang ilmu Biofisika dan Lingkungan pada Fakultas Teknologi Pertanian. Ia menjadi profesor ke 21 dadi FTP dan profesor ke-428 di Universitas Brawijaya. (lil).