BATU ( SurabayaPost.id) – Diyakini bisa menangkal bencana , Desa Bumiaji, Selasa ( 21/12/2021) mengadakan selamatan, membuat jenang sengkalo ( bubur merah putih) di area Pendopo, Gubuk Angin, Kantor Desa Bumiaji, Kota Batu.
Jenang sengkalo yang terbuat dari tepung beras sebanyak 17 Kg, dan gula aren serta santan kelapa tersebut, diyakini pula bisa mempersatu warga desa setempat.Hal tersebut, disampaikan Kades Bumiaji, Edy Suyanto, alias Bung Jabo, Selasa , 21/12/2021.
” Setelah rampung proses jenang sengkolo ini, nanti kita bungkus dan kita sebar kepada warga sekitar. Ini dalam rangka ikhtiar untuk menjauhkan bencana yang saat ini sedang melanda dimana – mana termasuk di Kota Batu.Bumiaji beberapa pekan lalu, sedang dilanda bencana banjir bandang,” kata Jabo.
Itu, kata dia, baik bencana alam maupun bencana apapun, dengan ikhtiar melalui proses ritual membuat bubur sengkolo, diyakini bisa menghaluskan bencana agar tidak terwujud.
Meski begitu, kata dia, semua ini tidak lepas ikhtiarnya juga dengan ritual berdoa bersama meminta perlindungan terhadap Allah SWT.
” Ini sebatas sarana , dan tradisi leluhur kita sebelumnya.Dari dulu bubur sengkolo atau jenang sengkolo ini, diyakini sebagai penangkal bencana.Terlebih di Wilayah Kecamatan Bumiaji,
beberapa pekan lalu telah terdampak bencana,” jelasnya.
Terlebih lagi, jelas dia,bubur sengkolo kerap dijumpai pada saat acara selametan dalam tradisi Jawa.Itu, merupakan ungkapan doa serta penyerahan diri manusia kepada Tuhan.
” Manusia mengharap keberkahan dan keselamatan karena mengetahui keterbatasan dirinya.Tradisi selametan dalam masyarakat Jawa mengalami perubahan seiring dengan berkembangnya zaman,” paparnya.
Konon,papar dia, tradisi selametan sendiri sudah ada jauh sebelumnya.Bubur sengkolo dapat diartikan sebagai perwujudan tulang dan darah,merah dan putih.Keberadaan bubur ini menjadi simbol manusia kembali kepada kesucian dan pengantar doa pada Tuhan yang Maha Esa.
” Secara sederhana, bubur sengkolo diyakini masyarakat Jawa sebagai penolak bala atau bisa menghindarkan manusia dari kesialan,” ujarnya.
Dengan begitu, ujar dia, masyarakat Jawa percaya apabila dalam pelaksanaannya doa tidak hanya dipanjatkan begitu saja.
” Beragam sesaji yang disiapkan sebagai bentuk kesungguhan doa. Tujuannya untuk menguatkan doa yang dipanjatkan sehingga kemungkinan terkabul lebih besar,”tegasnya.
Selain itu, tegas dia, bisa menjadi perekat silaturahmi sekaligus kesempatan untuk berbagi nikmat rezeki yang diperoleh.Sesungguhnya, lanjut dia, harapan dalam untaian doa, juga diwujudkan dalam ragam sesaji.
” Ada banyak jenis makanan yang dikenal sebagai manifestasi kesungguhan doa orang Jawa, meski biasanya tidak lepas dari jenang sengkolo (bubur sengkolo).Sebelum mengadakan acara, orang Jawa pasti melakukan doa atau permintaan kepada sang pencipta,” ucapnya.
Jenang sengkolo, ucap dia, lebih dikenal sebagai jenang abang atau jenang abang puteh. Kata sengkolo berasal dari kata morwakala yang berarti menghilangkan balak.
Dari sisi lain, Bung Jabo, menjelaskan juga akan menggelar wayang kulit di pendopo desa setempat, dengan lakon , Candi Sapto Argo.
” Nanti malam, juga ada pagelaran Wayang Kulit, yang digagas oleh Persatuan Pedalangan Indonsia
( PEPADI) Kota Batu ,” timpalnya ( Gus)
Leave a Reply