MALANG (SurabayaPost.id) – Menteri Agama (Menag) RI, Lukman Hakim Saifuddin mengaku sempat stres saat mengikuti rapat kabinet bersama Presiden Joko Widodo. Bahkan dia meninggalkan rapat kabinet itu tanpa berpamitan kepada presiden yang akrab disapa Jokowi itu.
Pengakuan tersebut disampaikan saat membuka membuka PIONIR IX di UIN Maliki Malang, Selasa ini (15/7/2019). Dia meninggalkan rapat kabinet bersama para menteri dan Jokowi itu karena demi membuka PIONIR IX.
“Saya tadi cukup stres karena khawatir tidak bisa hadir (di acara pembukaan PIONIR di UIN Maliki Malang). Sebab saya masih rapat kabinet dengan presiden,” jelas dia.
Alhamdulillah, lanjut menteri yang politisi dari PPP ini, presiden mengakhiri arahannya. “Saya tanpa seizin presiden meninggalkan acara itu. Tapi saya yakin karena menemui mahasiswa, presiden tidak akan marah. Sebab presiden mencintai mahasiswa,” jelas dia.
Makanya keluar dari ruang rapat tanpa pamitan presiden. Lalu menuju bandara untuk berangkat ke Malang. Menurut dia untung tidak ketinggalan pesawat. Sehingga bisa sampai ke Malang.
“Saya meninggalkan rapat kabinet itu demi bertemu mahasiswa. Saya tahu presiden cinta mahasiswa. Sehingga saya juga yakin presiden tak akan marah karena saya menemui mahasiswa di acara PIONIR IX di UIN Maliki Malang ini,” jelas dia.
Dia menjelaskan bila dua tahun lalu membuka PIONIR VII di UIN Ar Raniry. Dia berharap lewat PIONIR itu bisa lahir generasi milenial yang berkarakter mencintai seni dan budaya serta ahli riset.
Menurut dia di kalangan UIN masih jarang melakukan penelitian tentang revitalisasi olahraga dan seni. Sementara semangat beragama di kalangan milenial terus meningkat. Tapi kata dia, terkadang tak diiringi dengan pengetahuan.
Berdasarkan kondisi tersebut dia berharap lewat PIONIR PTKIN bisa mengimbangi peningkatan semangat beragama kaum milenial. Sehingga mereka bisa beragama dengan baik dan benar.
Apalagi, terang dia, perkembangan PTKIN saat ini dinilai cukup menggembirakan. Alasannya, jumlah PTKIN sejak 2014 semakin berkembang dengan baik.
Menurut dia saat itu ada sebanyak 53 PTKIN. Itu terdiri dari 31 STAIN, 16 IAIN dan 6 UIN. “Sekarang 58 PTKIN. STAIN sudah tinggal 7 dan kini UIN jadi 17. Ini buah yang selama ini dilakukan dan diperjuangkan tiada henti,” katanya.
Karena itu dia berharap PIONIR bisa menjadi momentum rekonsiliasi nasional . Sehingga bisa menyelamatkan kembali ukhuwah Islamiyah dan wathoniyah.
Selain itu kata dia, PIONIR bisa melahirkan sang bintang yang memanusiakan manusia. “Lahir secara alamiah, terencana dan sistematis. Karena itu butuh komitmen dari rektor, dosen dan seluruh elemen. Sehingga lahir dari PTKIN untuk NKRI,” jelas dia.
Sentra itu Rektor UIN Maliki Malang, Prof Abd Haris menjelaskan bila PIONIR merupakan salah satu pola pembinaan terhadap generasi milenial Islam. Untuk itu kata dia ada tiga dalam PIONIR tersebut.
Dia sebutkan seperti misi memperkuat kebersamaan. “Ini demi penguatan silaturahmi dan menyambung tali persaudaraan kebangsaan,” jelas dia.
Misi kedua kata dia adalah prestasi. PIONIR Kata dia sebagian ajang unjuk prestasi dan spontanitas. Sedangkan ketiga adalah pencitraan dan branding PTKIN. Sehingga gencar melakukan transformasi dari IAIN menjadi UIN.
Dirjen Pendidikan Agama Islam Kemenag, Dr Kamaruddin Amin menghalangi jika tantangan kian komplek. Keanekaragaman menjadi peluang sekaligus tantangan.
“Karena itu pembangunan fisik yang mengabaikan spiritualitas dan moralitas akan menghasilkan kepedihan. Untuk itu lewat PIONIR diharapkan bisa melahirkan generasi anak bangsa yang sehat jasmani dan rohani. Cerdas moral dan intelektual, sportif dan berintegritas,” pungkasnya. (aji)
Leave a Reply