Harga Telur Anjlok, APPAP Wadul ke Dinas Pertanian

Rochmat Santoso bersama Ludi Tarnanto

BATU (SurabayaPost.id ) – Harga telur anjlok, puluhan peternak yang tergabung di Asosiasi Peternak Ayam Petelur (APPAP) dari Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo,Kota Batu wadul ke Dinas Pertanian, Senin (4/5/2020).

Mereka mendesak agar peredaran telur Breeder di Kota Batu segera distop. Sebab menurut Ketua APPAP Desa Junrejo Rocmad Santoso, sangat merugikan peternak.

Menurut Rocmad aksi sejumlah 25 orang yang tergabung di APPAP itu, terkait kondisi ekonomi para peternak telur di kota Batu yang sedang terpuruk, karena ditengarai dengan adanya peredaran telur Breeder atau telur tetas yang dijual di pasaran telah beredar liar.

” Ditambah dengan situasi dan kondisi di tengah Pandemic Covid 19. Kemudian telur breeding yang dijual bebas dipasaran Kota Batu bertambah merusak harga penjualan telur dari peternak ayam di Kota Batu,” kata Rocmad.

Sugeng Pramono

Dengan begitu Rochmad mengaku harga telur dari kandang seharga Rp 12 ribu. Sedangkan harga telur layak konsumsi dari kandang peternak Harga Pokok Produksi (HPP) nya kisaran Rp 19 ribu.

” Hal ini yang menambah hancurnya harga telur di pasaran.Terkait dengan itu sebenarnya sudah ada aturan dari Menteri Pertanian tentang telur Breeder yang tidak baik untuk dikonsumsi manusia.Itu hanya untuk telur tetas,” ungkapnya.

Menurut Rocmad petani melaporkan kondisi tersebut. Dan koordinasi terkait keluhan dari puluhan warga peternak ayam yang tergabung dalam APPAP.

“Kami tidak bisa mengirim telur ke luar daerah karena adanya covid 19. Namun, di daerah kami di Kota Batu malah di drop telur Breeder,” paparnya.

Meski begitu paiar dia juga tidak tahu asal telur Breeder tersebut.Kendati demikian, Rochmad yang mewakili APPAP tersebut, Pihaknya bersama sejumlah 25 warga peternak dari Desa Junrejo,Kecamatan Junrejo tersebut sangat berharap kepada Pemkot Batu melalui dinas terkait.

“Segera ada tindakan dari Pemkot Batu. Sebab dari masing – masing anggota yang memiliki populasi ayam mulai dari sejumlah 1300 ekor hingga 6000 ekor, saat ini terus mengalami kerugian,” ngakunya.

Diwaktu yang sama Ludi Tanarto yang turut hadir mendampingi para peternak yang mengadu ke Dinas Pertanian Kota Batu, sangat berharap ada komunikasi dan ada titik temu yang baik.

” Kami berharap ada komunikasi yang baik dan hubungan yang baik antara peternak dengan Dinas Pertanian,” harapnya.

Karena harap dia,keberadaan telur yang tidak layak beredar itu supaya pelakunya supaya ditegur oleh dinas terkait, agar bisa membuat harga telur dipasaran bisa kembali normal.

” Dinas supaya mengirimkan surat ke provinsi karena peternak besar adalah domain dari dinas peternakan tingkat provinsi,” ujarnya.

Lantas ujar dia, Dinas terkait supaya segera mengirim surat teguran karena menyalahi peraturan kementan.Selanjutnya dinas bisa berkoordinasi dengan satgas pangan yang ekbang dan diskumdag serta ketahanan pangan, dan Polres.

” Kami berharap satgas pangan akan mengeluarkan surat edaran tentang telur yang tidak boleh diperjual belikan karena melanggar peraturan menteri,” terang Ludi Tanarto yang juga anggota DPRD Batu dari Fraksi PKS ini.

Sementara itu, Kepala Dinas pertanian Kota Batu, Sugeng Pramono membenarkan keberadaan telur Breeder tersebut. Menurutnya tidak untuk langsung dimakan, dan hanya untuk ditetaskan.

“Telur Breeder banyak mengandung vaksin sehingga bisa berbahaya bagi konsumen. Apalagi kalau disimpan lebih dari satu minggu, biasanya kuning telurnya bisa langsung rusak dan hancur ,” katanya.

Selanjutnya kata dia, akan segera melakukan, satgas pangan akan dirapatkan untuk menindak lanjuti laporan dari peternak tadi.

“Ini laporan yang pertama kali, nanti akan ada peringatan dan sanksi dari Polres begitu juga dengan dinas terkait akan memberikan peringatan larangan penjualan telur breeder di Kota batu.

Dan dinas pertanian akan memberikan sosialisasi terkait arahan penjualan telur breeder,” janjinya.

Selain itu, menurut dia, pihaknya juga sudah menyampaikan bahaya telur Breeder dari segi kesehatan jika dikonsumsi oleh manusia.

“Dari sisi lain dalam persaingan usaha bisa merusak harga seperti yang terjadi saat ini. Itu telur pembibitan dan tidak akan tahan lama serta berbeda dengan telur konsumsi.Ciri khususnya, tipis agak putih, bentuknya besar besar hampir rata,” jelasnya.

Utu jelas dia, karena saat ini hanya mendapatkan keluhan terkait keberadaan telur Breeder.

” Nantinya kami akan segera melakukan sosialisasi lewat media-media, dan surat edaran yang diberikan oleh pemkot kepada para pedagang, peternak dan pihak lainnya,” pungkasnya (Gus)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.