MALANG (SurabayaPost.id) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang memfasilitasi perluasan pasar UMKM lewat digitalisasi. Untuk itu, Kepala OJK Malang, Sugiarto Kasmuri menggelar pelatihan digitalisasi UMKM –sebagai pilot project– di Desa Kemantren, Jabung, Kabupaten Malang, Jatim, Kamis (23/7/2020).
Pelatihan tersebut dibuka Sekda Kabupaten Malang, Wahyu Hidayat. Bahkan juga dihadiri secara virtual oleh Anggota Komisi XI DPR RI Dapil Malang Raya, Ir Andreas Eddy Susetyo MM.
Kepala OJK Malang, Sugiarto Kasmuri mengatakan bahwa di masa pandemi Covid-19, UMKM merupakan usaha yang sangat terdampak. “Meski bisa berproduksi, UMKM masih menghadapi tantangan permintaan masyarakat yang belum pulih,” kata dia.
Sementara itu, jelas dia, sangat disadari bila permintaan produk UMKM di Kabupaten Malang juga tergantung dari sektor pariwisata. padahal sektor tersebut juga terdampak Covid-19.
“Untuk itu, perlu dilakukan strategi perluasan pasar melalui digitalisasi UMKM. Sehingga produk UMKM Kabupaten Malang dapat bertahan di tengah pandemi Covid-19 ini,” tutur dia.
Makanya, lanjut Sugiarto Kasmuri, OJK Malang melalui Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Kabupaten Malang bersama Pemkab Malang dan komunitas Jagoan Indonesia melaksanakan kegiatan “Digitalisasi UMKM 4.0”. Kegiatan yang menjadi pilot project itu kata dia digelar di Desa Kemantren, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang.
Itu karena menurut Sugiarto Kasmuri pandemi Covid-19 telah berdampak pada perekonomian Indonesia. Termasuk juga di Kabupaten Malang dan tidak terkecuali terhadap pelaku UMKM.
Aktivitas masyarakat secara online kata dia tak terelakan lagi keberadaannya. Terlebih untuk memenuhi anjuran pemerintah dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19 yang masif.
Baik itu, kata dia, dengan cara melakukan social distancing maupun physical distancing. Segala aktivitas masyarakat, kata dia, sekarang mulai bergeser dari offline menjadi online.
“Apakah itu berupa aktivitas rutin maupun non rutin. Kondisi inilah yang perlu dicermati pelaku UMKM. Jika UMKM ingin survive diera adaptasi kebiasaan baru, maka mereka harus mampu memberi suguhan layanan online pada pembelinya,” katanya.
Sebagai bentuk dukungan pengembangan UMKM di masa pandemi, jelas dia, OJK Malang melalui TPKAD Kabupaten Malang mendorong UMKM untuk dapat melakukan adaptasi. Khususnya terhadap perubahan perilaku pasar antara lain melalui digitalisasi UMKM.
Program kerja TPAKD ini, menurutnya bertujuan memberikan peningkatan keterampilan dan layanan digital bagi para pelaku UMKM di tengah pandemi Covid-19. Pelaku UMKM yang terlibat dalam kegiatan ini diharap dapat meningkatkan kompetensi digitalnya.
“Itu antara lain kompeten dalam strategi bisnis, connecting to market place, social media handling, dan branding. Sehingga mereka bisa mengemas produk yang berkualitas, mempromosikan dengan baik dan memasarkan secara luas lewat digitalisasi,” harapnya.
Sementara itu, Anggota Komisi XI DPR RI, Ir. Andreas Eddy Susetyo, MM yang turut hadir dalam kegiatan ini, memaparkan, UMKM Kabupaten Malang memiliki potensi yang luar biasa. Menurut dia, bila dapat mengembangkan hasilnya akan sangat signifikan.
Alasannya, karena jumlah UMKM sangat besar. Jumlahnya di kisaran 460 ribu. “Apabila satu UMKM saja rata-rata mempekerjakan 3 orang termasuk dirinya sendiri itu sudah sudah 1.2 juta pekerja,” papar dia.
Jika bekerja semua, kata dia, mereka sudah mampu menggerakkan kembali roda ekonomi yang terdampak Covid-19. “Pemerintah Indonesia sedang menggalakkan akses pendanaannya,” tutur dia.
Bahkan, jelas dia, tahun 2020 target KUR dinaikkan menjadi Rp 190 triliun dengan bunga turun 6 persen. Tahun 2024, terang dia, target KUR sebesar Rp 300 triliun.
“Itu artinya bisa menjadi peluang bagi masyarakat khususnya UMKM untuk memanfaatkannya. Kita punya potensi tinggal bagaimana mengoptimalkan, termasuk peluang pula bagi pelaku UMKM,” kata Andreas.
Senada dengan Andreas Eddy Susetyo, Kepala OJK Malang Sugiarto Kasmuri menyampaikan bahwa beberapa faktor yang menyebabkan UMKM Indonesia mengalami perlambatan pertumbuhan usaha, karena beberapa faktor. Disebutkan seperti akses pasar, permodalan dan penguatan Sumber Daya Manusia (SDM).
Karena itu, kata dia, lewat pelatihan digitalisasi, UMKM diharap bisa meningkatkan manajemen skill-nya. “Jika berbicara manajemen skill, berarti terkait tentang pendampingan. Sebab, mereka butuh pendampingan, selain diberikan akses permodalan,” tutur dia.
Untuk itu, kata dia, setelah pelatihan dan pendampingan selama satu bulan akan dilakukan monitoring dan dan evaluasi selama tiga bulan. Kemudian akan diindaklanjuti dengan kegiatan business matching antara pelaku UMKM dengan lembaga jasa keuangan.
Kegiatan tersebut diharapkan kredit/pembiayaan bisa tersalurkan bagi para pelaku UMKM. Sehingga perluasan akses keuangan tercapai dan UMKM mampu menjadi penyelamat serta penyangga ekonomi nasional di tengah krisis akibat Covid-19. (aji)
Leave a Reply