MALANG (SurabayaPost.id) – Wabah Covid-19 hingga kini masih belum redah. Korbannya tak hanya warga biasa. Para tenaga medis pun banyak yang menjadi korban virus mematikan itu.
Bagi tenaga medis, seperti dr Syifa Mustika SpPD, K-GEH, FINASIM tak hanya mempertaruhkan dirinya sendiri. Staff in Gastroentero – Hepatology Division,
Internal Medicine Department, Dr Saiful Anwar General Hospital Malang ini mengaku juga mempertaruhkan keluarganya.
“Risiko tertular Covid-19 ini bagi tenaga medis seperti saya sudah biasa. Itu bagian dari risiko profesi,” kata dr Syifa Mustika yang juga Ketua Satgas Covid-19 NU Malang Raya, Sabtu (1/8/2020).
Justru yang tidak biasa, lanjut dokter kelahiran Banyuwangi, 30 April 1978 ini, risiko terhadap keluarga. Sebab, kata dokter yang juga praktek di RS Lavalette dan RS Hermina Malang ini, mereka juga berisiko tinggi tertular virus mematikan itu.
Alasannya, virus yang mudah menular itu tidak terlihat. Virus yang lebih berbahaya ketimbang virus flu burung dan onta tersebut bisa menempel pada siapa saja. Termasuk pada para dokter atau tenaga medis.
“Kalau tidak teliti, cermat dan hati-hati virus Covid-19 itu bisa terbawa ke rumah. Itu berbahaya bagi anak, orang tua dan keluarga di rumah. Jadi keluarga juga dipertaruhkan,” tutur Consultant of Gastroenterology-Hepatology (Graduate from Specialist Doctor Educational Programme of Internal Medicine –
Brawijaya University – Malang) ini.
Makanya, wanita yang akrab disapa dr Syifa ini mengingatkan agar semua pihak selalu waspada. “Terapkan protokol kesehatan secara benar dan disiplin. Pakai masker, jaga jarak dan sering cuci tangan serta tidak panik,” jelas dokter yang sering diundang workshop internasional seperti di Jerman, Honkong, Thailand, Singapur, India dll ini.
Itu mengingat, tegas dr Syifa, selain virus tersebut masuk kategori ganas, juga mudah menular. Sehingga, jumlah penderita Covid-19 terus bertambah.
Apalagi, terang dokter yang sudah menulis tentang kesehatan di jurnal internasional sebanyak tujuh kali itu, sampai saat ini belum ada vaksinnya. Sehingga, dibutuhkan komitmen yang kuat dari seluruh elemen masyarakat.
“Baik itu stakeholder maupun para pemimpin bangsa dan negara. Mulai dari kepala pemerintahan hingga kepala daerah seperti gubernur, wali kota dan bupati,” tutur dr Syifa.
Para pemimpin itu, menurut dokter yang ramah ini, harus memiliki jiwa kepemimpinan dan komitmen yang kuat untuk memberantas virus Covid-19. “Jangan hanya pencitraan,” kata dia.
Dia menegaskan, apa yang dilakukan tim medis atas Satgas Covid-19 harus didukung atau disuport dengan serius. Tidak seperti yang dialami selama ini.
Itu karena, dr Syifa merasakan sendiri soal minimnya dukungan dari kepala daerah atau Pemda. Dokter yang sering mengikuti event internasional ini mengatakan jika dukungan finansial dari Pemda nyaris tidak ada.
“Pernah tim kami mengajukan proposal ke Pemda untuk menangani masalah Covid-19 ini. Tapi, ya itu mbulet sampai sekarang, meski katanya anggaran untuk penanganan Covid-19 itu jumlahnya miliaran,” ungkap dia.
Karena itu, dr Syifa berharap agar semua pihak selalu menerapkan protokol kesehatan. Sehingga tidak tertular atau menjadi penular virus Covid-19. Sebab yang dipertaruhkan tidak hanya diri sendiri tapi juga kekuarga. (aji)
Leave a Reply