Pj Wahyu Hidayat Dukung Penggunaan Bahan Bakar Alternatif untuk Pengrajin Tempe di Kota Malang

Pj. Walikota Malang, Wahyu Hidayat saat meninjau pengrajin Tempe di Sanan, Blimbing.
Pj. Walikota Malang, Wahyu Hidayat saat meninjau pengrajin Tempe di Sanan, Blimbing.

MALANGKOTA (SurabayaPost.id) – Pj Wali Kota Malang Wahyu Hidayat mendukung penggunaan bahan bakar alternatif untuk keberlangsungan usaha pengrajin tempe di Kampung Sanan Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur. Salah satunya menggunakan biogas dari limbah ternak sapi.

Dukungan tersebut disampaikan Wahyu setelah melihat keberhasilan sejumlah pengrajin tempe di Kampung Sanan yang telah menggunakan biogas untuk memproduksi keripik tempe. Dan digunakan sebagai alternatif pengganti LPG.

“Di Kampung Tempe Sanan, selain pengolahan tempe, limbahnya juga sudah diolah dengan baik. Warga kreatif mengolah limbah tempe menjadi pakan ternak sapi. Dari kotoran sapi tersebut, mereka menghasilkan biogas,” ujar Wahyu, Senin (11/06/2024).

Dalam kesempatan tersebut, Wahyu menyatakan rencananya untuk mendorong pengembangan lebih lanjut melalui limbah pembuatan tempe untuk diolah menjadi briket. Untuk itu, dirinya meminta perangkat daerah terkait untuk bisa menseriusi hal tersebut.

“Saya akan meminta DLH atau dinas terkait yang kompeten untuk dapat merealisasikan ini,” imbuh Wahyu.

Wahyu juga menekankan, beberapa daerah telah berhasil mengembangkan briket dari kotoran sapi. Ia berharap dinas terkait dapat belajar dari pengalaman tersebut. Bahkan jika perlu, menjalin kolaborasi dengan perguruan tinggi untuk mendampingi proses pemanfaatan limbah tersebut.

Sementara itu, Ketua RW 15 Sanan, Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing, Ivan Kuncoro, turut menjelaskan bahwa di wilayahnya, konsep zero limbah telah diterapkan dengan memanfaatkan ampas tempe sebagai pakan ternak.

“Ampas tempe, baik yang cair maupun padat, kami gunakan untuk pakan ternak sapi. Satu ekor sapi membutuhkan sekitar 50 kilogram limbah kedelai. Dari sini, timbul masalah baru yaitu kotoran sapi. Akhirnya, kami memanfaatkan kotoran sapi untuk membuat biogas,” ujar Ivan.

Ivan juga menjelaskan, saat ini di RW 15 terdapat 8 gaster biogas yang masing-masing dapat dimanfaatkan untuk 4 rumah. Dan ia memastikan bahwa penggunaan bios gas sejauh ini juga berjalan dengan baik.

“Kami berkolaborasi dengan konsultan untuk memastikan pemanfaatan biogas berjalan baik. Di RW 16 ada gaster jumbo yang bisa dimanfaatkan oleh 20 KK,” tuturnya.

Ivan juga menyambut baik niat Pj Wali Kota Malang untuk memanfaatkan lebih dalam terkait limbah korotan sapi ini.

“Yang penting warga siap merawat, karena kalau tidak dirawat, lubang gasnya cepat buntu terkena kotoran gas. Ini murni gas, tidak ada tekanan,” pungkasnya. (*)