Dengan Pakaian Pejuang, Pj Wahyu Hidayat Pimpin Rombongan Pawai Budaya Kota Malang

Dengan menggunakan pakaian pejuang, Pj Wahyu Hidayat memimpin rombongan Pawai Budaya dalam rangka memperingati HUT ke 110 Kota Malang, Sabtu (27/04/2024)
Dengan menggunakan pakaian pejuang, Pj Wahyu Hidayat memimpin rombongan Pawai Budaya dalam rangka memperingati HUT ke 110 Kota Malang, Sabtu (27/04/2024)

MALANGKOTA (SurabayaPost.id) – Semarak dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke 110 Kota Malang, Pemerintah Kota (Pemkot) Malang menggelar Pawai Budaya pada Sabtu 27 April 2024.

Pawai budaya diberangkatkan dari Balai Kota Malang menuju Jalan Besar Ijen dengan melintasi kawasan Jalan Mojopahit, Jalan Basuki Rahmat atau kawasan Kayutangan Heritage, Jalan Semeru hingga finish di Perpustakaan Kota Malang Jalan Ijen.

Penjabat (Pj) Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat memimpin langsung rombongan pawai budaya ini. Dia mengenakan pakaian pejuang kemerdekaan era kolonial Belanda.

Tampilan seni tari yang diperagakan tim peserta dari Kecamatan Sukun
Tampilan seni tari yang diperagakan tim peserta dari Kecamatan Sukun

Pawai budaya ini digelar meriah. Masyarakat yang mengikutinya memeriahkan dengan membawa sejumlah kreasi uniknya. Seperti miniatur bangunan bersejarah di Kota Malang. Mulai Alun Alun Tugu, Gedung BI miniatur Gedung MCC hingga tandon air PDAM.

Usai memberangkatkan peserta pawai, Pj Wali Kota Malang beserta Pj Ketua TP PKK Kota Malang Hj. Andayani Wahyu Hidayat juga turut dalam pawai. Berada di barisan terdepan, Wahyu beserta sang istri nampak serasi mengenakan pakaian bernuansa era kolonial.

“Kolonial Milenial, kuno nya itu kita buat menolak lupa bahwa kita menjadi Kota Malang ke 110 ini ada rangkaian yang kemarin perlu kita ketahui bersama,” ujar Wahyu Hidayat.

Peserta Pawai Budaya dari Perumda Tugu Tirta pose bersama dengan Pj. Walikota Wahyu Hidayat
Peserta Pawai Budaya dari Perumda Tugu Tirta pose bersama dengan Pj. Walikota Wahyu Hidayat

Dirinya pun nampak kompak dengan seluruh jajarannya. Mengenakan pakaian era kolonial dilengkapi atribut lengkap dengan topi polka di kepala. Nampak seragam dengan kepala organisasi perangkat daerah (OPD) mengikuti di belakangnya.

Tak lupa di belakangnya, diikuti ratusan peserta yang berasal dari berbagai unsur dan lapisan masyarakat. Mulai dari OPD, tingkat kecamatan, kelurahan yang juga melibatkan ratusan masyarakat di wilayahnya masing-masing.

Masing-masing grup peserta pun menampilkan berbagai kreaivitasnya. Mulai berpakaian era kolonial, berpakaian adat jawa, kendaraan hias, seni jaranan, bantengan, seni tari hingga drama kolosal.

“Pesertanya ya dari semua lapisan masyarakat, kita lebih memberikan kesempatan pada masyarakat daripada dari kita semua. Karena biar sama sama merayakan HUT Kota Malang,” kata Wahyu.

Dalam kesempatan tersebut, dirinya juga bermaksud untuk menyampaikan pesan kepada kalangan milenial. Yang menurutnya, kalangan milenial juga memiliki tanggung jawab besar terhadap kelanjutan pembangunan di Kota Malang.

Orang nomor satu di jajaran Pemkot Malang itu, mengajak masyarakat yang tidak ikut pawai bisa turut hadir untuk menyaksikan dan turut memeriahkan. Tentu dalam hal ini, dirinya juga berpesan agar masyarakat bisa memilih jalur agar tidak terjebak macet oleh rombongan peserta pawai.

“Kan sudah kita atur dan kita sudah sosialsiasi pada masyarakat yang ingin menonton silahkan tapi juga menghindari jalur jalur yang sudah kita lakukan penataan, kita tidak ada penutupan,” tandasnya.

Drama kolosal yang ditampilkan Perumda Tugu Tirta tentang perjuangan arek - arek Malang melawan penjajah Belanda
Drama kolosal yang ditampilkan Perumda Tugu Tirta tentang perjuangan arek – arek Malang melawan penjajah Belanda

Dari pantauan di lokasi, salah satu tim peserta dari Perumda Tugu Tirta menampilkan drama kolosal perjuangan arek Malang melawan penjajah Belanda.

Dihadapan Pj Wahyu Hidayat beserta dan tamu undangan, tampilan drama kolosal yang diperagakan puluhan pegawai Perumda Tugu Tirta, menggambarkan gigihnya arek – arek Malang menumpas penjajah.

Drama kolosal yang ditampilkan Perumda Tugu Tirta tentang perjuangan arek - arek Malang melawan penjajah Belanda
Drama kolosal yang ditampilkan Perumda Tugu Tirta tentang perjuangan arek – arek Malang melawan penjajah Belanda

Dengan persenjataan seadanya, pejuang dapat mengalahkan pasukan tentara belanda.
Drama kolosal ini sebagai bentuk edukasi sejarah tentang perlawanan rakyat Indonesia dan demi mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Tak sedikit warga yang menyaksikan drama kolosal ini merasakan haru dan bangga terhadap kegigihan dan perlawanan rakyat melawan Belanda. (Lil)