
SURABAYA (SurabayaPost.id)–Teori Prabowonomics, sampai hari ini masih artifial. Konsep ekonomi berkeadilan, peduli rakyat, masih dalam tataran kata dan kalimat.
Hal itu ditegaskan Yusron Aminulloh, Ketua Bidang bisnis, umkm dan pedesaan ICMI Jawa Timur, dalam dialog pakar di Sekolah Pasca Sarjana UNAIR, ahad malam (23/3).
Hadir dalam diskusi itu, Dr Ulul Albab, Ketua ICMI Jatim, Prof Badri Munir, Direktur Sekolah Pasca Sarjana UNAIR, Prof Daniel M Rosyid, Prof Muchlas Samani, Prof Ali Mufrodi, dan banyak tokoh lain.
Bahkan tegas Yusron, secara sosiologis Negara mengambil alih “tugas dan peran serta masyarakat” sedang secara psikologis meruntuhkan semangat, dan daya juang.
Yusron yang juga ketua ISMI Jatim memberi contoh kongkrit
” Makan siang gratis : Akan membunuh ribuan kantin sekolah, dan ribuan kaki lima sekitar sekolah. Bahkan akan menggerus uang beredar. Kalau sebelumnya menyebar (maslahah) menjadi memusat (lahirkan kapolitalis berbaju negara),” tegasnya.
Apalagi realitasnya negara belum mampu membiayai sepenuhnya. Sementara daerah yang anggaranya terkena efisiensi sebenarnya keberatan anggaran pendidikannya dipotong untuk program ini.
Yusron yang CEO DeDurian Park Group juga menyoroti, Sekolah Rakyat.
” Program ini akan mematikan ribuan sekolah swasta kecil, pesantren duafa. Menggerus semangat pejuang pendidikan. Tugas yayasan, pesantren diambil alih negara tapi menggunakan uang rakyat.
Apalagi ada beban sejarah, kalau sampai ada sekolah khusus orang miskin. “
Kasihan anak-anak itu, “distempel”
Anak miskin yang dikumpulkan dalam satu asrama dan sekolah.”
Tradisi bangsa ini, tambah Yusron, dimana anak-anak miskin ditampung kyai tanpa biaya, dimasukkan sekolah negeri gratis, sehingga mereka tumbuh besar , menjadi anak sukses sama dengan yang lain, jangan hilang karena ada sekolah gratis anak miskin.***