
Gresik (SurabayaPost.id) – Semangat perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia benar-benar terasa di Dusun Biyodo, Desa Beton, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik. Sejak awal Agustus, sudut-sudut kampung diwarnai gemerlap lampu dan berbagai miniatur ikonik yang seakan membawa pengunjung berkeliling kota-kota besar di Indonesia.
Malam hari, suasana Dusun Biyodo kian hidup. Lampu warna-warni menyala, menyoroti miniatur Jembatan Suramadu, Monumen Bung Karno, Burung Garuda, hingga tembok pertahanan yang berdiri gagah. Semua itu adalah hasil karya gotong royong warga dari empat lingkungan RT, yakni RT 11, 12, 13, dan 14.
Abdul Kohar, Kepala Dusun Biyodo, menyebut tahun ini tema yang diusung adalah “Kota Lama Indonesia”. Konsep ini dipilih agar masyarakat bisa merasakan nuansa sejarah sekaligus mengenang perjalanan panjang bangsa.
“Tema tahun ini merupakan kota lama Indonesia. Ada miniatur Jembatan Suramadu, Burung Garuda, monumen Bung Karno. Seakan-akan kita kembali ke masa perjuangan bangsa,” ujar Kohar, Senin (11/8/2025).
Lebih dari sekadar hiasan, setiap ikon yang dipasang punya makna. Burung Garuda melambangkan semangat persatuan, sementara Monumen Bung Karno menghadirkan kembali sosok proklamator yang membakar jiwa nasionalisme.
Yang membuat kagum, seluruh biaya pembuatan dekorasi ini murni dari swadaya warga. Setiap rumah tangga iuran Rp400 ribu hingga Rp500 ribu per tahun, yang bisa dicicil sejak jauh hari. Uang iuran kemudian dikumpulkan menjelang Agustus untuk membiayai seluruh rangkaian hiasan.
“Ini murni kebersamaan warga. Tanpa iuran, mungkin tidak akan semeriah ini. Dan hasilnya bisa dinikmati bersama,” tambah Kohar.
Tradisi menghias kampung di Dusun Biyodo memang sudah menjadi agenda tahunan. Tak hanya disambut antusias warga setempat, kampung hias ini juga kerap didatangi pengunjung dari luar desa. Mereka datang untuk menikmati pemandangan, berfoto, hingga berburu kuliner yang dijajakan warga di sepanjang jalan kampung.
Malam semakin larut, namun alunan musik dan riuh tawa anak-anak membuat suasana tetap hangat. Dusun Biyodo seolah berubah menjadi panggung rakyat. Dari cahaya lampu-lampu yang berpendar, semangat persatuan dan gotong royong warga terlihat nyata.
Di tengah perbedaan, warga Biyodo menunjukkan bahwa kemerdekaan bukan hanya soal mengenang perjuangan masa lalu, tetapi juga merawat persaudaraan di masa kini.