Oleh: Jemmy Setiawan 14.2
Saat saya sendirian, saya sering merenung dan bertanya. Apa yang terjadi dengan negeriku? Kenapa orang saling mencaci-maki hanya gara-gara beda pilihan politik. Bahkan tak jarang sampai memutuskan silaturahmi hanya karena politik.
Demokrasi bukan seperti itu. Demokrasi itu seharusnya menyatukan bukan memisahkan. Justru perbedaan yang ada itu memperkuat persatuan bukan menjadi pemecah belah.
Saya masih ingat betul. Dua puluh tahun yang lalu saat bersama-sama kawan-kawan mahasiswa lain turun jalan, memperjuangkan reformasi di negeri ini. Kami berharap bahwa negeri ini akan semakin baik dan kuat dengan berjalannya demokrasi.
Sampai hari ini pun saya masih percaya, bahwa demokrasi adalah jalan kita bersama untuk mencapai tujuan negara ini, menjadikan negeri ini maju, adil, dan makmur.
Maka setiap saya bertemu dengan siapapun, baik dengan elit politik maupun seorang penjual nasi goreng, saya selalu katakan, bahwa demokrasi itu akan berjalan dengan baik bila kita semua rasional. Demokrasi bukan tempat kita menyalurkan emosi.
Beda pilihan politik itu wajar. Namun perbedaaan itu harus dilandasi semangat mencari gagasan yang terbaik untuk negeri ini. Berdebat dalam politik itu harus, namun perdebatan dengan memakai isi kepala bukan saling caci memaki.
Bila kita melihat sejarah para pendiri negara ini. Kita akan menyaksikan bagaimana Bung Karno, KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, Tan Malaka, dan lainnya memberi contoh indahnya berdemokrasi dalam persatuan. Berbeda sikap politik namun tetap Indonesia jua.
Untuk itu, sebagai salah satu Caleg DPR RI dari Dapil Kabupaten Gresik dan Kabupaten Lamongan, saya mengajak marilah kita gunakan ajang Pemilu kali ini bukan untuk saling menjelekan, tapi mari kita gunakan sebagai media saling beradu gagasan untuk kemajuan Gresik dan Lamongan.
Mari terus kita jaga silahturhmi. Kita jadikan Pemilu sebagai kesempatan untuk saling bertukar gagasan, mana yang terbaik untuk kemajuan daerah kita.
*)Penulis adalah Politisi Partai Demokrat
Leave a Reply