Anak Muda, Doa dan Bisnis

Oleh : Yusron Aminulloh,
CEO DeDurian Park Group, Ketua ISMI Jawa Timur

Generasi Milenal dan Generasi Z punya cara pandang soal doa dalam bisnis. Bahkan niat bisnisnya juga beda. Maka kalau hasilnya beda adalah wajar.

Pebisnis muda, niatnya ingin kaya, sukses dan terkenal. Kalau bisa tidak perlu 10 hingga 20 tahun semua sudah diraih. Untung bisa 2 atau 3 tahun sukses, adalah kebanggaan.

Beda dengan para pebisnis senior. Sekelas Ciputra, Datuk Taher, Choirul Tanjung, Mereka bercita-cita ingin berkarya manfaat luas, membuka ribuan dan jutaan lapangan kerja, dan bisnisnya Sustainability Hingga anak cucu.

Apakah kemudian mereka sukses ? Kaya dan terkenal ? Ternyata ketiganya didapat karena niatnya benar. Semua berefek positif.

Sementara anak muda karena “niatnya” salah, sukses bisa gagal, kaya bisa didapat sementara akhirnya “habis” juga itu kekayaan, bahkan sangat terkenal kemudian terjerembab dalam waktu singkat.

Tapi adalah tidak adil kalau saya tidak membagi Gen-M dan Gen-Z dalam tiga kategori. Karena mereka terdiri atas 3 kategori. Sudah ada yang benar langkahnya. Masih mencari jalan yang benar, dan jalan yang salah.

Kategori pertama :

Merek belajar bisnis dengan pendekatan IT, sistem dan dalam komunitas bisnis religi yang benar.

Cirinya, punya guru atau Coach Bisnis dan taat menjalankan panduannya. Punya Kyai, atau ustadz yang membimbing, jadi keseimbangan logika, hati dan manfaat jadi satu. Bahkan mereka punya komunitas majelis ilmu, pengajian dll.

Type anak muda ini berhasil dan sukses dan mungkin masuk kategori berkah. Kelemahan mereka masih suka hedonis, bergaya hidup mewah, tampilkan kesuksesannya didepan publik. Meski usia masih muda.

Kategori kedua :

Anak muda yang maju, sukses menurut pandangan manusia dan dunia. Hidupnya glamour, gayanya selangit, tapi hanya mengandalkan ilmu bisnis semata. Melanggar adat kepatutan, adab bukanlah masalah bagi mereka.

Mereka menikmati hidup ditengah hutan budaya hedonisme, pesta pora medsos, flexing gen-M dan gen-Z yang “Tuhankan” benda, abaikan nurani.

Hari ini kita menjadi saksi, telah lahir Generasi kaya tapi miskin. Generasi cerdas tapi bodoh, generasi kuat tapi lemah, generasi kokoh tapi rapuh.

Generasi artifisial, karena tak nyambung kepandaian dengan kesantunan, tidak nyambung antara seolah kuat, gagah, tapi nyatanya keropos dan bukan petarung.

Kategori Ketiga :

Generasi muda yang berbinis berawal dari aktivis. Baik aktivis kampus, komunitas bisnis, bahkan aktivis masjid saat muda. Mereka paham jalur agama, paham teori berkah, tapi kurang dalam pemahamannya.

Misalnya, saya menemukan banyak muda yakin semua bisnisnya ditolong Allah, bahkan punya pandangan tawakkal mentok. Tapi salah menempatkan. Karena tawakkal itu harus dibarengi aplikasi ajaran agama yang benar tentang integritas. Jujur, amanah, tanggungjawab, dan gigih, alias kaffah.

Mereka modal tawakkal, tapi jalani bisnis tidak rasional. Ilmu bisnisnya tidak matang, tidak jujur dan amanah dan suka lalai. Akibatnya tidak linier dengan doa untuk tetap tawakkal.

Mereka yakin setiap langkah akan ditolong Allah. Tapi mereka jalani bisnis bertentangan nilai-nilai Allah SWT.

Mereka yakin Allah memberi jalan keluar atas setiap masalah, tapi mereka menutup pintu pertolongan Allah dengan hijab-hijab tebal berupa sembrono atas janji, sombong hatinya, tidak pernah merasa bersalah atas setumpuk masalahnya.

Type anak muda ini banyak, dan membayakan. Jadi mari kita “combain” 3 kategori ini dan ambil yang baik, wahai anak muda, buang yang buruk. Kalian pemilik masa depan. ***

Bersambung