Ketahuan Money Politik, Timses Cakades Alibi Bercanda : Broker Money Politik Berkedok Timses Cakades Sekarkurung Gentayangan

GRESIK (SurabayaPost.id)– Broker money politik berkedok tim sukses (timses) di pemilihan kepala desa (Pilkades) serentak di Kabupaten Gresik yang bakal di helat 26 Maret 2022 mulai bergentayangan. Diduga ada tim pemenangan salah satu calon telah melakukan money politik sebesar Rp500 ribu kepada salah satu ketua RT di Perum Alam Bukit Mas (ABM) Desa Sekarkurung, yang belakangan diminta kembali.

Menurut penerima money berinisial MR uang politik dari salah satu timses calon mengatakan, bahwa dia memang menerima suap money politik sebesar Rp500 ribu dari salah satu timses calon yang kebetulan keduanya bertetangga di perum ABM.

“Saat itu warga sedang berziarah ke Madura menggunakan tranaportasi bus. Setelah rombongan pada ngobrol soal jagonya masing-masing tiba-tiba warga yang tergabung dalam timses ini memberi uang sebesar Rp500. Lalu saya terima tentu agar kami diminta mendukung dan mencoblos calon mereka. Soal guyona dan sebagainya itu hak mereka. Tetapi saat ini di Sekarkurung sedang berlangsung proses Pilkades. Sayangnya uang itu diminta lagi oleh warga yg kebetulan tetangga sendiri. Cukup lama uang itu ditangan saya, mungkin sedang tidak tenang karena banyak yang tahu,” ungkap MR ketua RT di Perum ABM ini, Senin (6/2).

Praktek money politik ini, imbuh dia terjadi seminggu yang lalu. Namun karena ini adalah moment pilkades maka banyak orang orang yang protes sebab warga ingin agar pemilihan kades tidak dikotori dengan permainan uang atau money politik. “Saya sendiri salah satu warga yang berharap dalam pilkades kali ini tidak ada praktek politik kotor. Makanya apapun alibi pemberian uang itu ke kami adalah pertanda pilkades di Sekarkurung ada indikasi kuat permainan kotor,” ungkapnya.

Kabar yang lain juga ada indikasi money politik yang juga terjadi di Pilkades Sekarkurung. Kali ini kabar yang berkembang sejumlah timses cakades sudah mulau mendata warga untuk tujuan money politik.

“Di Dusun Kebondalem sudah ada pendataan warga seperti yang terjadi pada 6 tahun yang lalu. Modusnya mendata warga yang memiliki hak pilih untuk di iming imingi sejumlah uang. Biasanya akan diberikan pasca coblosan atau untuk serangan fajar. Brokernya berinisial BD yang merupakan warga Kebondalem sendiri. Kami sebagai warga yang ingin pilkades tanpa politik uang menjadi risi dan berharap aparat penegak hukum untuk segera menindaklanjuti money politik agar bisa di putus mata rantainya,” ungkap pria berinisial KHR tersebut.

Salah satu tokoh warga Sekarkurung mempersoalkan kasus yang terjadi di Perum ABM dan termasuk pendataan di dusun Kebondalem yang diduga juga untuk kepentingan money politik. Dengan harapan pilkades di desanya tidak dikotori oleh broker money politik yang meresahkan dan akan menciptakan pemimpin korupsi.

“Kami mempertanyakan ke yang bersangkutan, baik penerima maupun yang memberi. Kapasitas saya tentu sebagai warga desa Sekarkurung yang menginginkan pilkades bersih. Dan itu adalah hak kami sebagai warga yang memiliki hak pilih,” ungkap Herlambang usai mengkonfirmasi perihal kasus dugaan money politik tersebut.

Ditegaskan Herlambang, dirinya juga punya hak untuk melaporkan kasus ini kepada pihak yang berwenang. Karena saksi-saksi dan penerima juga ada. Soal terbukti atau tidak biar aparat yang membuktikanya.

“Ini tidak ada kaitannya dengan tim pemenangan manapun. Karena semua warga punya hak untuk melaporkan kasua money politik. Karena termasuk kejahatan. Kalau itu dikatakan bercanda menurut saya alibi saja. Karena orang ini jelas jelas timses salah satu calon dan uang itu telah di kantongi berjam jam. Karena saat menyerahkan uang banyak yang tahu akhirnya ketakutan, kemudian uang diminta kembali saat istirahat di sebuah rumah makan,” tegasnya

Sementara itu pria berinisial ISN warga ABM ini mengkau hanya bercanda. Dan dia meminta kasus ini jangan dibesar besarkan. Bahkan salah satu warga yang juga sebagai timses di calon yang sama mencoba mengusir wartawan yang sedang meliput kasus tersebut.

“Apa, ini hanya guyon jangan di besar besarkan. Sampean kesini sudah ijin RT belum ?,” ujar pria berinisial SM tetsebut. Bahkan dia menganggap kasus yang diduga money politik ini hanya dibesar-besarkan saja. “Biar tidak ada gesekan kita jangan mempersoalkan sesuatu yang tidak penting,” ujarnya.

Sejumlah warga mengaku, broker-broker politik itu adalah tetangga mereka sendiri yang menjadi pelakunya. Kepentingan mereka hanya ingin men dapatkan keuntungan pribadi sebanyak-banyaknya meski mereka juga tahu bahwa apa yang mereka lakikan adalah hal yang merusak dan mwrupakan tindak pidana.

“Mereka menjadi broker politik sudah menjadi pekerjaan setiap tahun politik. Dan orang-orang itu juga tahu bahwa apa yang mereka lakukan adalah kejahatan. Kami sebagai tetangga hanya mendoakan semoga ditangkap aparat. Karena terdesak mencuri ayam mungkin lebih mulya demi keluarga dan anak-anaknya daripada menjadi broker politik. Sebab perbuatanya merusak demokrasi berdasarkan UUD 45 dan Pancasila yang menjadi komitmen seluruh rakyat Indonesia,” ungkap YT warga Griya Wiharya Asri (GWA) yang merupakan tetangga dari salah satu broker money politik pilkades Sekarkurung.

Ia berharap money politik harus benar-benar berantas agar demokrasi di Indonesia tidak hanya slogan dan pepesan kosong. “Kasus money politik ini juga tidak boleh berhenti meski uangnya sudah diminta kembali. Sebab jika pencuri atau koruptor ketahuan lalu uangnya dikembalikan dianggap masalah hukumnya selesai akan menjadi preseden buruk. Makanya yang berwenang harus mencari dan menangkap pelakunya. Saksi dan penerimanya jelas,” pungkasnya.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.