LAMONGAN (SurabataPost.id(–Menarik sekali statemen Farah Damayanti, Kadis Perpustakaan dan Arsip kab Lamongan dalam dialog literasi dipinggir sungai bengawan solo, Rabu (18/5)
“Orang bisa bilang yang miskin dulu, karena miskin jadi bodoh karena tidak bisa sekolah. Tapi ada juga yang berpendapat bodoh dulu, sehingga jadi miskin,” tambahnya.
Maka, tegas Farah agama memerintahkan Iqra. Bacalah, disini menunjukkan membaca yang berarti belajar lebih dulu. Karena membaca tidak peduli miskin atau kaya tetap wajib membaca.
Acara “Dialog Literasi Inklusi” ini merupakan kerjasama Iqra semesta dengan Dinas Perpus Kabupaten Lamongan yang memilih tempat di Desa Kendal, Babat Lamongan.
Pada sesion sebelumnya, Yusron Aminulloh, Ketua Dewan Pembina Yayasan Iqra Semesta, mengapresiasi Kades Kendal yang punya visi.
” Gerakan literasi yang diawali membaca oleh pak Kades diterjemahkan langsung dalam bentuk solusi. Yakni melahirkan kawasan bahagia, dimana area ini menjadi area bermain, membaca, cafe, outbond dan berkekehidupan sosial dan ekonomi. Ini yang disebut literasi inklusi,” tegas Yusron yang juga CE0 DeDurian Park.
” Saya sering menyampaikan statemen, gerakan literasi bukan hanya budaya baca tulis atau upacara seremonial. Tapi harus mampu membaca buku, literatur yang menjadi pedoman kehidupan,” tegas Yusron.
” Maka, orang yang paham literasi tidak boleh miskin ilmu, miskin harta, tidak punya pekerjaan dan tidak tidak kreatif. Justru literasi harus mengkayakan diri seseorang. Menaikkan kelas sosialnya, manfaat hidupnya karena ilmu dan harta yang dimiliki,” tambah penulis 27 judul buku ini.
Sementara Kepala Desa Kendal, Rois menyebut akan terus mengembangkan gerakan literasi di desanya.
” Gol kami seperti kata pak Yusron, kesejahteraan masyarakat. Area bahagia ini adalah wadah masyarakat berinteraksi sosial dan ekonomi. Cafe kami beda dengan yang lain. No Wifi, yes Interkasi.” Tegasnya ***
Leave a Reply